Senin, 07 Juni 2010

Konsep dan Sikap terhadap Yang Ilahi















BAB I
A.Pendahuluan


Penganut agama suku di Indonesia sudah sangat sedikit. Statistik lembaga-lembaga resmi seperti pemerintah dan gereja melaporkan demikian. Penduduk Indonesia pada umumnya telah menjadi penganut formal salah satu dari lima agama resmi yang diakui pemerintah. Lembaga-lembaga keagamaan patut bersyukur atas kenyataan itu. Namun nampaknya belum bisa berbangga. Perpindahan penganut agama suku ke salah satu agama resmi itu banyak yang tidak murni. Sejarah mencatat bahwa tidak jarang terjadi peralihan sebab terpaksa. Pemaksaan terjadi melalui "perselingkuhan" antara lembaga agama dengan lembaga kekuasaan. Keduanya mempunyai kepentingan.
Pemerintah butuh ketentraman sedangkan lembaga agama membutuhkan penganut atau pengikut. Pemerintah orde baru tidak mengenal penganut di luar lima agama resmi. Penganut di luar lima agama resmi, termasuk penganut agama suku, terpaksa memilih salah satu dari lima agama resmi versi pemerintah. Namun ternyata masalah belum selesai. Kenyataannya banyak orang yang menjadi penganut suatu agama tetapi hanya sebagai formalitas belaka. Dampak keadaan demikian terhadap kehidupan keberagama di Indonesia sangat besar. Para penganut yang formalitas itu, dalam kehidupan kesehariannya lebih banyak mempraktekkan ajaran agam suku, yang dianut sebelumnya, daripada agama barunya. Pra rohaniwan agama monoteis, umumnya mempunyai sikap berseberangan dengan praktek keagamaan demikian. Lagi pula pengangut agama suku umumnya telah dicap sebagai kekafiran.
Berbagai cara telah dilakukan supaya praktek agama suku ditinggalkan, misalnya pemberlakukan siasat/disiplin gerejawi. Namun nampaknya tidak terlalu efektif. Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya semakin berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di desa-desa. Demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para pelaku pariwisata, maka upacara-upacara adat yang nota bene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di daerah-daerah. Upacara-upacara agama suku yang selama ini ditekan dan dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur bagaikan tumbuhan yang mendapat siraman air dan pupuk yang segar. Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di kampung yang menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang lama tinggal di kota pun menyambutnya dengan semangat membara. Bahkan di kota-kota pun sering ditemukan praktek hidup yang sebenarnya berakar dalam agama suku. Misalnya pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin menarik sebab mereka itu pada umumnya merupakan pemeluk yang " fanatik" dari salah satu agama monoteis bahkan pejabat atau pimpinan agama bersangkutan. Bertolak dari realitas demikian, maka muncul banyak pertanyaan yang menarik untuk dikaji. Apakah yang menjadi penyebab semua itu? Apakah semata-mata karena perpindahan mereka adalah karena keterpaksaan yang tidak diikuti dengan pembinaan yang memadai? Atau ada faktor lain yang menjadi penyebabnya? Masalahnya ialah sebab banyak di antara mereka yang masih melakukan praktek-praktek agama suku sudah tidak mengalami perpindahan dari agama suku tetapi sejak lahir berada dalam lingkungan agama yang dianutnya. Lalu dapatkah kenyataan seperti itu disebut sebagai hasil dari upaya kontekstualisasi ataukah justru merupakan sinkretisme? Tidaklah mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Karena itu, tulisan ini berupaya menyajikan salah satu aspek dalam agama suku, yakni ibadah. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi pendorong untuk mengadakan studi yang lebih mendalam tentang ibadah dalam agama suku, tetapi sekaligus diharapkan menjadi sumbangan sederhana bagi upaya kontekstualisasi dalam kehidupan beragama.

Latar Belakang Agama Suku

Sesudah abad ke-17, bangsa Barat banyak mengadakan perjalanan atau pelayaran untuk menemukan dunia baru. Mereka banyak bertemu dengan orang-orang yang tidak beragama Kristen, umpamanya bangsa-bangsa di India, di kepulauan Pasifik, di Afrika, dan sebagainya. Mereka mulai tertarik dengan yang bermacam-macam itu. Demikianlah pada abad ke-18, orang sudah mulai menulis tentang agama suku.
C. de Brosses adalah orang pertama yang berhasil memasukkan pengetahuan tentang agama suku ke dalam perhatian ilmu pengetauan modern. Sejak saat itu bermunculan para ahli yang tertarik dengan agama suku. Kemudian, timbul bermacam-macam teori yang silih berganti menerangkan gejala-gejala agama suku, diantaranya sebagai berikut:
a. Fitisisme: berasal dari kata Latin factiticus, yang berarti dibuat dengan tangan. Fetisisme adalah pemujaan benda-benda (buatan tangan) yang diisi dengan kekuatan gaib
b. Animisme: berasal dari kata Latin animus, yang berarti jiwa. Menurut Taylor, animisme adalah suatu kepercayaan mengenai adanya roh-roh dan makhluk-makhluk halus yang mendiami seluruh alam semesta ini.
C. Dinamisme: Pada taraf ini orang percaya pada kuasa-kuasa yang tidak berpribadi dan tak kelihatan. Kuasa-kuasa tersebut mempengaruhi manusia secara mekanis di mana manusia dipengaruhi tanpa kemauan sendiri.





BAB II A. Konsep dan Sikap terhadap Yang Ilahi

Setiap agama mempunyai konsep tentang Tuhan atau dewa. Konsep itu pada umumnya berbeda dengan agama yang lain. Keunikan pemahaman setiap agama merupakan penghayatan atas perjumpaan dengan Allah yang ilahi. Penghayatan tentang hakekat Yang Ilahi melahirkan sejumlah hukum dan ketentuan. Ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum menjadi sumber seluruh pengajaran agama yang bersangkutan.
Agama suku merupakan agama yang bercorak deisme (deisme berasal dalam bahasa Latin yaitu deus yang berarti Tuhan) sekaligus bercorak teistis (theos, bahasa Yunani, yang artinya Tuhan). Dalam paham yang bercorak deisme dipercaya bahwa Tuhan yang adalah pencipta segala sesuatu yang di alam semesta tetapi jauh dari manusia. Sesudah menciptakan segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini, maka Ia mengundurkan diri. Ia tidak campur tangan dalam urusan duniawi. Tuhan atau dewa demikian tidak mungkin diketahui hakekatnya. Karena itu tabu untuk menyebut namanya. Segala sesuatu yang terjadi dalam alam semesta ini diurus oleh dewa-dewa yang lebih rendah. Dewa-dewa itu mempunyai fungsi dan tugas masing-masing. Para dewa yang "menjadi pelaksana tugas" itulah yang disembah oleh manusia. Atau paling tidak melalui dewa-dewa "bawahan" itulah manusia menyembah dewa yang tertinggi. Contoh konkret tentang paham ini adalah dalam agama Marapu di Sumba. Marapu adalah nenek moyang yang telah menjadi semacam dewa. Melalui Marapu manusia menyembah kepada Tuhan (dewa tertinggi) sebab Ia tidak terhampiri dan tabu menyebut namanya.
Penganut agama suku menghayati adanya yang ilahi melalui pengalaman sehari-hari. Mereka memahami bahwa ada kuasa yang berada di luar kekuasaan mereka. Kuasa itu melampaui kuasa dan kemampuan manusia. Itulah yang disapa sebagai Yang Ilahi. Yang Ilahi itu memberikan perlindungan kepada manusia dalam hidupnya. Karena itu, manusia menyapanya baik pada saat berada dalam keadaan bersukacita maupun pada saat berdukacita. Manusia menyapa Yang Ilahi dengan maksud memohon perlindungan dari berbagai ancaman. Itulah sikap mereka yang menggambarkan pemahaman tentang rasa ketuhanan.
Paham yang kedua adalah paham teistis. Dalam paham teistis diyakini bahwa Tuhan adalah asal mula dan pemilik alam semesta. Tuhan atau dewa yang menciptakan dan memiliki alam semesta tetap terlibat dalam mengurus dan membimbing alam semesta ini dengan segala isinya. Ia tidak berdiam diri di tempat kediamannya yang tak terjangkau manusia. Ia tetap aktif mengurus ciptannya. Dalam paham ini memang masih dikenal dewa-dewa tetapi dewa-dewa tersebut hanya mengurusi hal-hal yang sangat terbatas dan pada umumnya di bawah kekuasaan dewa yang tertinggi. Paham ini sangat berbeda dengan paham deisme.
B. Ritus-ritus dalam Agama Suku
Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta. Dalam bahasa Ibrani dipakai kata avoda dan latreia dalam bahasa Yunani. Kata avoda dan latreia sering diterjemahkan pelayanan dalam bahasa Indonesia. Kedua kata itu pada mulanya dipakai untuk menyatakan pekerjaan seorang budak atau hamba upahan kepada tuannya. Tetapi kemudian dipakai dalam dunia keagamaan yang mempunyai makna pelayanan dan penyembahan kepada Allah.
Pemahaman dan pemakaian secara praktis tentang ibadah berarti perjumpaan dengan yang Ilahi yaitu Tuhan atau dewa. Yang Ilahi bertindak baik berupa perintah maupun berupa tuntuntan dan larangan dan manusia atau umat memberikan respons. Respons umat atau manusia terwujud melalui kata-kata, gerakan tubuh tetapi juga melalui pemberian sesuatu benda atau materi yang lainnya.
Ritus-ritus atau ibadah yang dilakukan, mula-mula bertumbuh pada taraf pemikiran kepercayaan dinamisme. Ritus-ritus atau upacara-upacara merupakan ungkapan keyakinan yang dapat diraba atau diindra oleh manusia. Cara pengungkapan keyakinan yang demikian sebenarnya umumnya terjadi dalam masyarakat yang lebih dipengaruhi oleh perasaan daripada pemikiran. Karena itu, semakin "primitif" manusia, maka semakin dominan dalam mengungkapkan keyakinannya lewat ritus-ritus atau upacara-upacara. Walaupun ritus-ritus atau upacara-upacara merupakan cara pengungkapan keyakinan manusia pada taraf pemikiran kepercayaan dinamisme tetapi ternyata aspek ritus-ritus masih tetap dipertahankan pada taraf kepercayaan berikutnya. Ritus-ritus atau upacara-upacara tersebut dilakukan dalam banyak aspek kehidupan manusia. Ada ritus-ritus yang dilaksanakan pada saat seseorang mengalami kesusahan, tetapi ada juga yang dilaksanakan pada saat manusia mengalami suatu kesukaan atau kegembiraan.
Ibadah atau ritus yang dilakukan pada umumnya dimaksudkan untuk memulihkan tata alam semesta dan menempatkan manusia dan perbuatannya dalam tata alam semesta tersebut. Semua yang ada dalam alam semesta ini harus berada dalam posisi dan fungsinya secara baik sebagaimana ia diciptakan. Pada saat terjadi pergeseran, maka pada saat itu akan terjadi disharmoni. Disharmoni itu nampak melalui bencana alam seperti longsor, banjir, dan lain sebagainya. Pada saat terjadi disharmoni, maka harus dicari akar penyebabnya. Orang yang melanggar tata alam semesta yang menyebabkan munculnya disharmoni harus dihukum. Dalam agama suku penegakan terhadap peraturan ini sangatlah ketat. Tiap pelanggaran harus dihukum. Selain penghukuman terhadap yang melanggar, juga harus dilakukan ibadah untuk mengembalikan tata alam semesta itu. Biaya yang diperlukan dalam ibadah tersebut sepenuhnya ditanggung oleh yang bersalah, kecuali ia sama sekali tidak mampu maka biayanya akan ditanggung oleh adat. Ibadah itu ditujukan kepada penguasa alam semesta.
Selain untuk memelihara tata kehidupan alam semesta ini, ibadah juga dimaksudkan untuk meminta berkat kepada yang ilahi. Ibadah demikian biasanya dilakukan pada saat memulai suatu pekerjaan atau pada upacara-upacara kelahiran dan inisiasi. Upacara yang dilakukan pada saat kelahiran anak menegaskan sifat sakral dari hidup fisiologis. Setiap suku mempunyai ritus-ritus tersendiri dalam menyambut kelahiran seorang bayi. Misalnya placenta harus ditanam dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Pemberian nama juga merupakan bagian dari ritus-ritus kelahiran tersebut. Seseorang yang mencapai usia tertentu harus diupacarakan untuk beralih dari taraf kanak-kanak ke taraf yang lebih dewasa. Upacara peralihan ini yang disebut inisiasi. Ritus ini dilakukan sesuai perkembangan budi dan badan seseorang sebagai tanda untuk dapat mengatasi batas-batas hidup lama dengan hidup yang baru. Perkembangan badan dan budi ditingkatkan atau dikokohkan dengan ritus tertentu. Ritus ini intinya adalah pendewasaan seseorang.
Ibadah juga dimaksudkan untuk menolak bala atau memohon perlindungan dari Yang Ilahi. Dalam ibadah (ritus) kematian, ritus-ritus dilakukan dengan maksud untuk memutuskan hubungan dengan dunia kematian dan sekaligus mengantar arwah orang mati ke tempat kekal supaya arwahnya tidak mengganggu keluarga. Hal ini terjadi sebab umumnya suku-suku memahami bahwa kematian terjadi karena serangan kuasa-kuasa jahat terhadap orang yang meninggal itu.
B. Agama Suku di Indonesia

Jika budaya Indonesia diteliti, maka akan ditemukan lima lapisa budaya. Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Islam dan Kristen. Namun yang akan dibahas dalam paper ini ialah menyangkut agama di luar agama Kristen saja.
Lapisan pertama adalah agama pribumi yang memiliki ritus-ritus yang berkaitan dengan penyembahan roh nenek moyang yang telah tiada atau lebih setingkat yaitu Dewa-dewa suku seperti Sombaon di Tanah Batak, Marapu di Sumba, Karingan di Kalimantan, Puang Matua di Toraja, Pue Mpalaburu dalam suku Pamona, Sangja dalam suku Tolaki, dan lain-lain. Berhubungan dengan ritus agama suku adalah berkaitan dengan para leluhur menyebabkan terdapat solidaritas keluarga yang sangat tinggi. Oleh karena itu maka ritus mereka berkaitan dengan tari-tarian dan seni ukiran. Maka dari agama pribumi bangsa Indonesia mewarisi kesenian dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluarga yang sangat luhur. Inilah yang dijadikan sebagai aset oleh negara. Lapisan ke dua adalah Hinduisme, yang telah meninggalkan peradapan yang menekankan pembebasan rohani agar dapat bersatu dengan Brahman. Maka dengan itu ada solidaritas mencari pembebasan bersama dari penindasan sosial untuk menuju kesejahteraan yang utuh. Solidaritas itu diungkapkan dalam kalimat Tat Twam Asi, aku adalah engkau.
Lapisan ke tiga adalah agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai yang menjauhi ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai pengendalian diri dan mawas diridengan menjalani 8 tata jalan keutamaan.
Lapisan ke empat adalah agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap tata tertib kehidupan melalui syari’ah, ketaatan melakukan shalat dalam lima waktu, kepekaan terhadap mana yang baik dan mana yang jahat dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar makruf nahi munkar) berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal yang disumbangkan Islam dalam pembentukan budaya bangsa.
Untuk agama lapisan ke empat ini sering tidak digolongkan sebagai salah satu agama suku. Namun sesungguhnya dalam berbagai realitas kehidupan mereka banyak bercorak ritual budaya. Hal ini juga terkadang terjadi dalam kehidupan yang menganut agama Kristen. Mereka masih percaya dengan roh-roh leluhur dan hidup bergantung padanya. Mereka menganut salah satu agama formal negara, tetapi pada hakekatnya mereka masih terikat oleh agama sukunya.
Berikut ini adalah beberapa daerah yang agama sukunya masih dibudidayakan, baik oleh pemerintah maupun penduduk setempat.

Agama suku di Indonesia Timur
Bagian Indonesia Timur adalah suatu kawasan perbatasan dan kawasan perpindahan antara Indonesia dan Melanesia. Unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari bermacam-macam tingkatan masih dapat bertahan hingga sekarang. Salah satu daerah yang akan dibicarakan ialah agama suku di Sumba.
Suku Sumba mempercayai bahwa orang yang telah meninggal, jiwanya akan tinggal di Tanjung Sasar dan Pegunungan Masu. Selain itu, setiap daerah memiliki tempat arwah yang pertama-tama dituju oleh arwah orang yang sudah mati. Baru sesudah itu para arwah meneruskan perjalanan mereka mengunjungi beberapa tempat arwah. Pada akhirnya mereka berkumpul di Sasar. Di sana mereka mengalami kematian lagi. Sesudah dibangkitkan, mereka masuk ke langit atau awang-awang, tempat mereka mengalami kematian yang terakhir. Bagi awrah orang yang gugur di dalam perang tidak pergi ke tempat arwah, tetapi langsung menuju ke langit, tempat mereka menjadi bintang. Mereka akan sangat berpengaruh bagi pihak keluarganya yang masih hidup. Mereka harus dipuja dalam berbagai kesempatan. Kepada mereka dipersembahkan sesajian di rumah.
Disamping mempercayai akan adanya tokoh dewa-dewa, kebanyakan suku-suku di Indonesia Timur masih percaya akan arwah nenek moyang, yang dalam praktek hidup sehari-hari juatru sangat penting artinya.

Agama suku di Sulawesi

Sulawesi didiami banyak suku yang memiliki agama yang berbeda-beda. Sulawesi juga adalah perbatasan antara Indonesia Timur dan Indonesia Barat, serta merupakan tempat percampuran budaya dan agama. Dan yang akan dibicarakan ialah agama suku Toraja.
Suku Toraja mempercayai bahwa jiwa orang yang baru saja mati disebut angga. Jiwa ini ditakuti. Orang lebih suka tidak berhubungan dengan jiwa semacam itu, sebab bertemu dengan angga berarti mati. Sekalipun demikian, angga dipuja juga, dengan harapan tidak akn mengganggu yang hidup. Pada waktu ada pesta, orang senantiasa mengingat mereka. Kepada mereka dipersembahkan sajian, umpamanya pada waktu panen. Adapun pesta kematian yang menjadi tradisi suku Toraja. Tujuan diadakannya pesta ini ialah untuk memindahkan arwah sang wafat dari tempat peristirahatan sementara, yaitu di Torate, yang ada di bawah bumi, ke alam atas (surga), yang dipandang sebagai gunung atau sebagai banyak gunung yang tinggi (wawomabarosi).
Agama suku di Indonesia Barat.

» Agama suku di Kalimantan

Menurut keyakinan suku Dayak Ngaju mengenal dua macam jiwa, yaitu hambaruan dan liau. Hambaruan adalah jiwa yang menggerakkan tubuh, baik tubuh manusia maupun tubuh binatang. Jika orang telah meninggal, hambaruan kembli kepada Mahatala (dewa tertinggi) sebagai napas. Hambaruan berasal dari Mahatala dan akan kembali kepadanya. Sedangkan liau pada dasarnya tidak lain dari sang wafat sendiri, artinya liau adalah bentuk eksistensi manusia yang dimulai dengan kematiannya dan yang sangat berbeda dengan bentuk eksistensinya yang semula.
Bagi orang yang telah meninggal diadakan dua macam penguburan, yaitu upacara kematian biasa (ritus penguburan) dan pesta kematian yang disebut tiwah. Upacara kematian biasa dimaksudkan untuk memimpin liau ke tempat peristirahatan sementara, yaitu di Bukit Pasahan Raung. Pejalanan liau menuju bukit itu disebut di dalam nyanyian para imam. Para liau menunggu hingga diadakan upacara yang kedua, yaitu tiwah. Tiwah ini tidak boleh diabaikan, karena pengabaian tiwah akan menimbulkan liau bertahan di bukit, dan dapat mendatangkan bencana kepada keluarga yang masih hidup.
» Agama suku di Tapanuli

Seperti halnya dengan suku Ngaju, suku Batak juga mengenal dua macam jiwa, yang disebut tondi dan begu. Tondi hamper sama dengan hambaruan dari suku Ngaju. Tetapi tondi lebih tampil ke depan di dalam hidup agama suku Batak Toba. Tondi seolah-oleh merupakan manusia di dalam manusia, namun tidak identik dengan “aku” manusia, bahkan sering bertentangan dengan “aku” manusia. Sesudah seseorang meninggal, tondinya meninggalkan manusia, kembali ke asalnya untuk memulai hidup yang baru. Orang itu akan menjadi legu. Dan seperti halnya dengan liau, begu kurang lebih merupakan bentuk eksistensi manusia yang baru. Berbeda dari liau, begu tidak memiliki bentuk penampakan lebih dari satu. Begu itu sangat ditakuti, sebab suka mengejar-ngejar tondi orang yang masih hidup, yang dapat menjadikan orang itu mati. Oleh sebab itu, kebahagiaan begu tergantung pada pemujaan para keturunannya yang masih hidup. Kedudukan begu dapat dinaikkan jika keturunannya memujanya dengan baik. Mereka dapat naik tingkat menjadi sumangot.
» Agama suku di Nias

Seorang tokoh penting di dalam alam kedewaan Nias adalah Silewe Nazarata, seorang dewi yang dihubungakan dengan imamat di Nias. Dewi ini dianggap sebagai penyebab penjadian dunia sebenarnya. Silewe Nazarata juga dipandang berada di manna-mana. Ia adalah penolong manusia, dan sering dapat melakukan hal-hal yang mencelakakan. Oleh karenanya Silewa juga sangat dtakuti. Ia memiliki lambang-lambang dan nama tambahan yang sangat banyak. Sering ia dihubungkan dengan alam atas dan dengan Lowalangi, tetapi juga dengan alam bawah dan Lature Dano. Sekalipun dipandang sebagai seorang dewi, ia memiliki juga bentuk-bentuk penampakan yang menunjukkan sifat-sifat laki-laki. Agaknya sifat amabivalen yang kosmis ini (lambang alam atas dan alam bawah) disebabkan ambivalen seksual.
Peperangan dan sifat ambivalen itu dipersatukan secara harmonis di dalam diri Silewa Nazarata. Ia menguasai hidup dan mati, terang dan gelap. Ia memerintah atas segala kekuatan alam, bahan ia adalah alam itu sendiri, yang dengan perantaraan perputaran kekal abadi (hidup-mati-hidup lagi) dapat membentuk dan mengubah segala sesuatu.




BAB III Kesimpulan

Ibadah dalam agama suku dilakukan sebagai upaya untuk memelihara tertib alam semesta. Manusia dan segala mahluk dalam alam semesta ini adalah satu kesatuan yang mempunyai fungsi masing-masing. Semuanya harus berjalan sesuai dengan fungsinya supaya tata tertib alam berjalan dengan harmonis. Namun ibadah juga dimaksudkan untuk mempengaruhi Yang Ilahi supaya memberikan perlindungan dari ancaman malapetaka dan sekaligus memohon berkat dalam sepanjang perjalanan kehidupan di dunia ini.
Agama suku menganggap bahwa segala sesuatu di sekitarnya seolah-olah hidup sebagai pribadi yang harus diperhitungkan juga di dalam segala perbuatan dan tingkah laku orang, maka dapat dimengeti jika dunia sekitar manusia juga dipandang penuh dengan kekuatan gaib, yang dapat berada pada manusia maupun pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, bahkan juga gagasan bahkan kekuatan gaib itu dapat dimanfaatkan oleh manusia. Barang siapa dapat menguasai kekuatan itu ia akan menguasai dunia di sekitarnya. Inilah pandangan yang disebut magis. Upacara-upacara religius sering penuh dengan usaha untuk mendapatkan kekuatan gaib, seperti pesta-pesta kesuburan, pesta kematian, dan sebagainya.
Oleh karena tidak ada jarak antara manusia dan apa yang ada di sekitarnya, maka di dalam pandangan suku sebenarnya juga tidak ada jarak antara zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Hal ini diungkapkan dalam pandangan suku yang disebut mitis.
Tidak dapat disangkal bahwa antara agama suku dan agama Kristen ada tidak temu, sekalipun hanya dalam arti formal. Sebab keduanya memiliki keyakinan akan adanya tokoh-tokon ilahi dan manusia sebagai hasil karyanya. Akan tetapi, juga tidak dapat disangkal bahwa keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Salah satu perbedaan yang tampak ialah di dalam upacara-upacara agama suku , manusia ingin menguasai kekuatan ilahi, yang dipandang sebagai kekuatan yang tak berpribadi. Religi adalah persoalan untung-rugi. Bagi mereka pengertian religi menjadi suatu alat untuk berkuasa, bukan untuk mengabdi; alat untuk memerintah, bukan untuk menakhlukkan diri. Hal demikian sangat berbeda dengan kebaktian secara Kristen, adil, yang kudus, dan sebagainya, yang tidak membiarkan orang berdosa bersekutu dengan Dia.
Sudah barang tentu orang Kristen juga dapat berbakti kepada Allah dengan cara yang keliru, seperti yang dilakukan oleh penganut agama suku. Orang dapat memperlakukan Allah sebagai budaknya, yang harus melayani manusia. Doanya, amal-amalnya, dipandang sebagai alat untuk mendapatkan apa yang diinginkan dari Tuhan. Akan tetapi, cara yang demikian itu dihakimi oleh Alkitab.


Daftar Pustaka
Andito, 1998. Atas Nama Agama, Wacana Agama Dalam Dialog Bebas Konflik. Jakarta. Pustaka Hidaya

Hadiwijono, Harun. 2000. Religi Suku Murba. Jakarta. BPK Gunung Mulia
Http: //www.google.agama suku.com

Senin, 10 Mei 2010

SANGKAKALA KE EMPAT















A. SANGKAKALA KE EMPAT


Untuk kita mengetahu tentang sangkakala yang keempat perlu kita ketahui dari pengertian sangkakala pertama, karena satu sampai empat berkaitan. Dalam Wahyu 8:1-11:19 menyatakan, setelah pembukaan ketujuh Meterai, langsung disusul dengan peristiwa peniupan sangkakala. Kita dapat membayangkan betapa mengerikan keadaan yang terjadi pada saat itu, sebab dengan ditiupnya ketujuh sangkakala, malapetaka yang ditimbulkannya yang sangat luar biasa, kini disusul dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang lebih dahsyat terhadap langit dan bumi yang ditimbulkan akibat peniupan sangkakala. Peniupan Sangkakala Pertama. Wahyu 8:7. "Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es dan api, bercampur darah dan semuanya itu dilemparkan ke bumi, maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon hangus dan seluruh rumput-rumputan hijau." Sangkakala pertama adalah penghukuman terhadap bumi. Bumi dihujani dengan es, api dan darah yang mengakibatkan seperti dari bumi dan pohon-pohon terbakar, termasuk seluruh rumput hijau. Kita perlu Perhatikanlah bahwa Peniupan sangkakala ini baru dilaksanakan setelah Gereja Yang Sempurna (Mempelai Kristus) dimeteraikan (Wahyu 7:1-3). Dengan demikian walaupun akibat yang ditimbulkan dengan ditiupnya sangkakala ketujuh ini begitu hebat, yaitu kelaparan, penyakit dan berbagai peristiwa lainnya. Gereja Yang Sempurna (Mempelai Kristus) tidak akan alami dampaknya, ingat peristiwa bangsa Israel di Mesir (Keluaran 9:13-26; Mazmur 18:13; Yoel 2:30).

Adapun Peniupan Sangkakala Kedua. Wahyu 8:8-9. "Lalu Malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut. Dan sepertiga dari laut itu menjadi darah dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal." Peniupan sangkakala kedua adalah penghukuman terhadap laut. Laut dijatuhi oleh sesuatu yang mirip dengan gunung besar yang menyala-nyala oleh api. Akibatnya yang ditimbulkannya adalah: Sepertiga makhluk hidup yang ada di laut mati, karena laut menjadi darah. Bahkan dampak yang ditimbulkan bukan saja kepada sepertiga makhluk hidup yang barada di laut, tetapi juga sepertiga kapal-kapal yang berada di laut (Keluaran 7:20; Mazmur 105:29; Zefanya 1:3). Dalam buku Tafsiran Kitab Wahyu, karya Pdt. A.H. Mandey halaman 189 peristiwa ini juga merupakan nubuatan yang akan terjadi secara rohani. Gunung Besar yang jatuh ke laut tidak lain adalah gereja palsu di mana ia akan mencemari seluruh umat manusia yang digambarkan dengan lautan (Wahyu 17:15). Akibatnya kehadiran gereja palsu tersebut adalah kematian .

Sedangkan Peniupan Sangkakala Ketiga. Wahyu 8:10-11. "Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. Nama bintang itu adalah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit." Peniupan sangkakala ketiga adalah penghukuman kepada sungai dan mata air, akibat jatuhnya sebuah bintang yang bernama Apsint Dalam kitab Wahyu 1:20 - Gembala gereja digambarkan bintang di dalam tangan Tuhan. Bintang Apsintus ini nyalanya demikian besar, seperti obor. Dengan demikian bintang ini menggambarkan seorang hamba Tuhan yang besar, dipakai Tuhan dengan luar biasa sebagai terang di tengah dunia. Tetapi hamba Tuhan ini jatuh, sehingga ia dicampakkan. Ingat peristiwa pencampakkan Lucifer (Yesaya 14:12-15) dan Yudas (Kisah 1:18-20). Jatuhnya bintang yang besar ini adalah merupakan peristiwa kejatuhan seorang hamba Tuhan yang besar, diurapi dan dipakai Tuhan. Akibat kejatuhannya ia menjadi pelawan atau anti terhadap Kristus yang kita kenal dengan istilah "Antikristus. Namun yang paling mengerikan adalah pengaruh kejatuhan bintang apsintus tersebut membuat seperti sungai dan mata-mata air menjadi turut pahit, sehingga orang yang menjadi korban air pahit itu sangat banyak. Sungai dan mata-mata air dalam artian rohani adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus (Yohanes 7:37-38). Betapa pentingnya kita menjaga hati kita, agar hati kita terpelihara dari roh kepahitan.

Peniupan Sangkakala Keempat. Wahyu 8:12-13. "Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakala dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikianlah juga malam hari. Lalu aku melihat, aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: 'Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya. Peniupan sangkakala keempat adalah penghukuman terhadap matahari, bulan dan bintang yang mengakibatkan berkurangnya sepertiga dari cahaya/sinar matahari, bulan dan bintang. Kalau peristiwa ini kita hubungkan dengan: Injil Lukas 21:25. Nubuatan Yesus bahwa menjelang kedatanganNya kedua kali, akan disertai dengan tanda pada matahari, bulan dan bintang-bintang. Bangsa-bangsa di bumi akan ketakutan dan tidak sedikit yang mati karena ketakutan. Jikalau kita bandingkan lagi dengan Matius 27:25. Pada saat Yesus disalibkan di bukit Golgota, mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menghukum sepertiga bagian dari Trinitas Allah, yaitu Yesus sebagai Allah Anak.

Sangkakala keeempat dari tujuh sangkakala mengakibatkan matahari dan bulan menjadi gelap (Wahyu 8:12). Sangkakala kelimat mengakibatkan wabah “belalang setan” yang menyerang dan menyiksa umat manusia (Wahyu 9:1-11). Sangkakala keenam melepaskan tentara setan yang membunuh sepertiga umat manusia (Wahyu 9:12-21).sangkakala ketujuh memanggil ketujuh malaikat dengan ketujuh cawan murka Allah (Wahyu 11:15-19; 15:1-8). Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari.


B. PENYEBAB TERJADINYA


Hal ini tentunya merupakan balasan yang Allah lakukan bagi orang-orang yang tidak mau percaya kepada Yesus yang mati di kayu salib untuk keselamatan umat manusia. Sengsara yang Yesus alami di Salib Golgota adalah keselamatan bagi yang mau menerimanya, tetapi penghukuman bagi yang menolak. Selain penghukuman terhadap matahari, bulan dan bintang-bintang, pada peniupan sangkakala yang keempat diikuti pula dengan peristiwa lainnya yaitu yang dicatat dalam Wahyu 8:13 Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar yang besar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain yang masih akan meniup sangkakalanya."

C. AKIBATNYA

Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!" (Wahyu 7:2-3) Allah akan memeteraikan hamab-hamba-Nya di dahi mereka. Mengapa Dia memeteraikan mereka? Kita temukan alasannya pada dua bab kemudian: "Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusahkan rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di dahinya. (Wahyu 9:4) Tujuan meterai Allah adalah untuk perlindungan. Jika saudara telah dimeteraikan oleh Allah pada dahi saudara, tidak ada cara bagi setan atau binatang itu ataupun orang lain untuk menghapuskannya dan menggantikannya dengan tanda binatang. Saya menyarankan orang-orang kristen untuk berhenti mencemaskan tentang tanda binatang. Seharusnya mereka lebih memusatkan perhartiannya untuk menjadi hamba Allah, dengan maksud untuk menerima meterai Allah dan sekaligus juga perlindungan Ilahi dari dia untuk melalui hari-hari yang bergejolak yang ada di muka. Karena perlindungan-Nya kita tidak akan merasa takut, akan tetapi memiliki kedamaian yang sejati. Adapun peristiwa Lain Pada Peniupan Sangkakala Keempat. Wahyu 12:1-6. Dalam peristiwa peniupan sangkakala keempat, akan terjadi beberapa peristiwa lainnya yang sangat penting untuk kita pelajari dan perhatikan sebelum kita membahas peniupan Sangkakala Kelima, Keenam dan Ketujuh. Secara beruntun peristiwa yang akan terjadi adalah sebagai berikut:


A. Gereja Sempurna Dalam Persiapan Untuk Melahirkan (Wahyu 12:1-2).

"Maka tampaklah suatu tanda besar di langit Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulah di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan." Gereja Yang Sempurna yang digambarkan dengan gambaran seorang perempuan, yang berselubung matahari, bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dua belas bintang di kepalanya, sedang bersiap untuk melahirkan. Kita sudah mempelajari dalam bahasan sebelumnya bahwa saat pernikahan antara Kristus dengan Gereja Yang Sempurna sudah terjadi, yaitu pada saat dibukanya meterai ketujuh dalam(Wahyu8:1-5)
B. Iblis Berusaha Memangsa Anak Laki-laki (Wahyu 12:3-4)

"Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit dan lihatlah, seekor naga merah bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dan bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi." Jadi Sangkakala keempat dari tujuh sangkakala mengakibatkan matahari dan bulan menjadi gelap (Wahyu 8:12). Sangkakala kelimat mengakibatkan wabah “belalang setan” yang menyerang dan menyiksa umat manusia (Wahyu 9:1-11). Sangkakala keenam melepaskan tentara setan yang membunuh sepertiga umat manusia (Wahyu 9:12-21). Sangkakala ketujuh memanggil ketujuh malaikat dengan ketujuh cawan murka Allah (Wahyu 11:15-19; 15:1-8).


[1] Pdt. A.H. Mandey, Tafsiran Kitab Wahyu, (Yogyakarta, 1996) halaman 189

PENGAKUAN IMAN KRISTEN (DOKTRIN)










ALLAH

Studi tentang Allah tidak hanya merupakan kiat yang paling berarti dan paling otentik dalam hidup. Melainkan juga yang paling menguntungkan. Tidak ada yang lebih menguntungkan bagi setiap orang percaya selain pengenalan akan Allah. Dalam Daniel 11:32 berbunyi “Umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat akan dan akan bertindak. Jadi pengenalan akan Allah akan memberi kemampuan untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap situasi hidup. Pengenalan akan Allah bukanlah suatu pekerjaan sampingan, melainkan benar-benar melainkan memberi pembebasan bagi orang percaya dalam bertindak.

Jadi adapun keberadaan Allah sebagai Tuhan karena Ia berkuasa atas segala apa yang Dia jadikan. Jadi Allah itu adalah Roh dan yang tidak berwujud, dan tidak memiliki tubuh dan juga tidak sama engan makhluk ciptaan-Nya (Luk 24:9). Sebab itu barang siapa menyembah Dia, harus menyembah dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24) karena Allah adalah Roh. Allah itu adalah Roh, namun Dia kekal yang awal dan yang Akhir (Kel 3:14, Wah 1:8, 22:13). Karena itu pelu di ketahui bahwa Allah itu ada sejak kekal, dan tidak mengenal apa yang di sebut dengan rentetan peristiwa., dan Alkitab menjelaskan bahwa Dia yang awal dan yang akhir.

* KEPRIBADIAN ALLAH

Adapun Allah sebagai Tuhan yang memiliki kepribadian yang kudus, dan yang tidak sama dengan kepribadian manusia. Allah adalah pribadi yang hidup dan mempunyai kodrat ilahi yang ada pada diri-Nya. Adapun Allah pribadi Dia juga oknum dan Allah bukanlah pengaruh dan juga bukan suatu daya atau kekuatan yang tidak terlihat seperti listrik. Dan kalau kita baca dalam Yoh 10;10-16, ayat 3-9, di kemukakan bahwa Allah tidak sama dengan berhala-berhala yang mati dan yang tidak memiliki kepribadian. Jadi adapun kepribadian Allah ialah:

I. Allah Kasih

Kalau di perhatikan dalam kamus bahasa Indonesia kata kasih itu diartikan : perasaan cinta, perasaan suka dan perasaan sayang. Dan penjelasan diatas demikianlah Allah mengasihi manusia itu. Sebab dalam Roma 5:8 mengatakan “Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia itu, sehingga Ia telah merelakan anak-Nya yang tunggal itu mati dikayu salib untuk menghapus setiap dosa manusia. Dan didalam Yohanes 3:16 mengatakan “karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan”. Kalau diselidiki kasih yang dimiliki Allah itu, sempurna adanya dan tidak menuntut balasan dari manusia.

Jadi adapun salah satunya kepribadian Allah itu kasih namun kasih Allah itu ialah suatu keputusan-Nya sendiri yang penuh dengan sukacita untuk memantulkan kebaikan dan kemuliaan-Nya. Adapun bukti-bukti kasih Allah itu yang sangat nyata sekali ialah : menciptakan manusia itu segambar dengan Allah (Kejadian 1:26-27), dan Ia menjadikan bumi sebagai tempat tinggal manusia untuk sementaradan dari keseluruhan kasih Allah itu yang perlu kita pahami dan mengerti ialah dengan merelakan anak-Nya yang tunggal untuk mati dikayu salib sebagai ganti manusia (Efesus 2:1). Jadi dari keseluruhan kasih Allah itu ialah denga merelakan anak-Nya yang tunggal untuk mati dikayu salib demi mempertahankan manusia.

II. Allah Penyayang

Allah yang sejati yang tidak hanya meiliki kasih, namun Dia juga memiliki hati penyayang yang tidak ada duanya. Tuhan adalah penyayang dan pengasih, pajang sabar dan berlimpah ksih setia-Nya, (Maz103:8), dan di dalam Ulangan 4:31, dinyatakan bahwa Allah adalah penyayang, dan Dia tidak pernah memiliki hati yang membenci seperti yang di miliki oleh manusia. Jadi bila Dia mengasihi saya dan sodara itu semua karena kasih-Nya yang begitu sempurna.

III. Allah Setia

Allah yang setia dan tidak ada perkataanyan yang Ia abaikan. Jadi kesetiaan Allah salah satunya ialah dengan menyatakan penetapan janjin-Nya dan pengenapan segala Firman yang di ucapkan-Nya, dan Allah itu tidak berubah (Yak 1:17). Allah selalu menepati janji-Nya seperti: Melindungi, membantu dan membimbing setiap anak-anak-Nya. Jadi jika manusia tidak setia, Dia tetap setia dan tidak pernah berubah (2 Tim 2:13) karena Allah adalah setia..

IV. Allah Mahaadil

Allah yang setia , dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia (Ulangan 32:4). Jadi jika Allah bertindak dalam hal menhukum manusia, itu Dia kerjakan karena Dia tidak kompromi dengan Dosa. Karena harkat Allah adalah adil, benar dan juga kudus, maka Ia berlaku adil, benar dan jujur. Allah itu maha tahu , dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji-Nya (1 Samuel 2:3)

V. Allah Percemburu

Adapun berbagai kepribadian Allah seperti kasih, penyayang, mahaadil, namun, sebagai Allah, Dia juga memiliki rasa cemburu. Sebab Allah tidak mau di duai (Di selingkuhi Kel 20:5, Ula 5:9). Dan di dalam Yoh 24:19 “berkatalah Yosua kepada bangsa Israel, sebab Allah adalah Allah yang cemburu dan tidak mau di dukakan atau di duai. Sekalipun Dia adalah Allah, Dia juga memiliki hati yangf tidak ingin di duakan.

VI. Allah Tidak Pernah Berubah

Dalam keluaran 3:14 yang berkata “ Aku adalah Aku” yang artinya: Dia adalah Allah yang tidak pernah berubah. Dan jika berkata Aku akan “ marilah kepadaku yang letih, lesu maka Aku akan membrikan kelengaan kepadanya (Mat 11:28). Jika Dia berkata demikian Dia akan mengenapinya.

* KARYANYA ALLAH

Semua yang ada di dalam ruang waktu memiliki permulaan, baik itu tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan bahkan manusia sekalipun. Ini semua adalah hasil dari karya Allah. Allah Tritunggal yang oleh kehendak-Nya sendiri, dan oleh kemuliaan-Nya sendiri telah memciptakan alam semesta yang tampa mengunakan sesuatu benda-benda, beik benda yang kelihatan, maupun tidak kelihatan. Adapun karya Allah yang paling menonjol yang perlu kita perhatikan yaitu:

1. Karya menciptakan

Bukti dari Alkitab mengenai penciptaan ala mini terdapat dalam kej 1:1 dan Ibr 11:13. Allah yang menciptakan, tetapi juga terlibat dengan Allah Anak dan Allah Roh kudus, dan ketritunggalan itu bekerja sama. Jadi Allah yang memciptakan lagit dan bumi,serta segala isinya (kej 1:1-31)

2. Mengutus Anak-Nya

Adapun karya Allah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian antara manusia dengan Allah. Jadi karena manusia sudah terputus hubungan dengan Allah maka Ia mengutus Anak-Nya kedalam dunia ini dengan tujuan sebagai jalan pendamaian antara Allah dengan manusia (Yoh 3:16). Dan masih hal lagi dengan mengenai pekerjaan Allah, namun yang paling menonjol ilalah yang kedua ini.

ALLAH ANAK

Adapun sebutan Allah Anak, bukan berarti Allah memperanakkan, namun sebutan Allah Anak ialah sebutan karena Ia menjelma menjadi manusia dengan satu missi untuk menebus setiap umat manusia yang berdosa (kej 3:15; Yes 53:4,5). Alkitab dengan jelas mengajarkan, baik secara nubuatan, maupun melalui kenyataan bahwa “Yehopa” dalam perjanjian lama menjelma dalam Yesus Kristus, yang di sebut sebut sebagai mesias (Ulangan 18:18; Yes 9:5, Mat 1:18-25; Luk 1:26-35; Yoh 1:14, dan kata penjelmaan artinya mengambil rupa tubuh manusia dan menjadi manusia yang sesungguhnya. Meskipun Yesus Kristis sungguh-sungguh menjadi manusia, namun Ia tidak mewarisi sifat dosa yang turun dari manusia pertama yaitu (Adam). Sekalipun Yesus menjadi manusia, namun kemanusiaan-Nya itu adalah kudus dan suci, dan keberadaan-Nya dalam manusia tersebut Dia membenci kejahatan dan tidak kompromi dengan dosa (Ibrani 1:9; Luk 23;41; Yoh 19:4,6 Kis 4:27; 22:14; Mat 27:3-4; 17:5)

Jadi sebutan Anak Allah dalam Alkitab sebanyak enam puluh kali. Adapun sebutan-NYa sebagai Anak Allah, namun Dia tetap Allah yang penuh dengan kemuliaan dan kuasa (Maz2:2-9, 45:7,8 bdk Ibrani 1:8-9, Matius 1:23, Mik 5:1-3). Sedangkan dalam Yohanes 5:18 jelas mengatakan “nama Anak Allah itu berasal dari Allah sendiri yang di berikan kepada Yesus Kristus. Karena itu kita sebagai orang yang percaya kepada Allah haruslah menyembah-Nya, dan memuji-Nya (Rom 9:5), sebab Yesuslah Jurus selamat umat manusia, yang mau rela mati untuk menebus dosa manusia.

Karena Itu Allah Anak sebagai teladan, dengan Ia merendahkan diri-Nya dalam rupa manusia dan mengenakan nama Yesus yang adalah Kristus (Allah yang datang sebagai manusia), taat pada semua hukum yang telah Ia tetapkan, mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang ketiga, dan naik ke sorga dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati. Ia adalah teladan iman sejati dan sumber kehidupan bagi orang Kristen. Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di kayu salib. Ini adalah berita Injil yang adalah kekuatan Allah.Alkitab menyatakan bahwa Allah Anak merupakan yang Anak sulung Allah dari semua anak-anak Allah dimaksudkan bahwa Anak pun merupakan "Sahabat Sejati" yang rela mengorbankan Nyawa-Nya dan tidak menyayangkannya sama sekali untuk manusia dapat diterima sebaga anak-anak Allah.

* PRIBADINYA

Di dalam diri Yesus Kristus ada tabiat ilahi dan tabiat manusiawi, dan tabiat tersebut sempurna dalam satu pribadi. Adapu di dalam diri Yesus Kristus pribadi, adalah pribadi yang kudus dan pribadi-pribadi yang ada di dalam Kristus tersebut sebagai brikut:

1. Yesus Kristus adalah kasih

Adapun Yesus menjelma sebagai manusia namun Dia adalah kudus,mutlak, karena Ia di lahirkan tampa tabiat dosa. lagi pula Dia tidak pernah berbuat dosa apapun, dan Dia selalu berbuat yang benar dan yang suci. Rasul Petrus mengatakan Kristus adalah “yang Kudus dan benar (Kisa 3:14).Yesus yang memjelma sebagai manusia Dia tetap membenci yang namanya dosa, karena itu Dia rela mati untuk menebus semua orang yang berdosa. Karena itu Kristus telah menanggung kutuk dosa di bawah hokum taurat bagi kita (Gal 3:13). Jadi Allah membenarkan orang-orang yang telah menerima-Nya sebagai Jurus slamat (Rom 4:6; Wah 19:8).

2. Yesus Kristus penuh belas kasihan

Yesus Kristus yang di sebut Tuhan dan manusia seratius porsen, namun di dalam diri-Nya ada kasih yang sempurna yang tidak ada seorangpun yang memiliki selain Dia. Kasi yang di miliki oleh Yesus Kristus ada duia bagian yaitu, (a. kasih kepada bapa-Nya dan,b. dan kasih kepada manusia, supaya dunia tau bahwa Yesus sungguh mengasihi manusia dan Bapa (Yoh 14:31). jadi Yesus menyatakan kasihnya kepada manusia itu ialah dia rela mati di kayu salib dan mau menggatikan kita yang harus di musnakan (Yoh 15:13). Karena itu kasih Yesus Kristus itu terus-menerus di nyatakan kepada semua orang dan melalui pemeliharaan-Nya dan pertolongan-Nya (Mat 6:33).

3. Yesus penuh dengan belas kasihan

Dalam Yohanes 11:35 berkata “ketika Yesus melihat Maria menangislah Ia”. Dari ayat ini menjelaskan bahwa Yesus memiliki belas kasihan, dan dari ayat ini saya mengambil sebuah penyataan bahwa Yesus mengerti akan apa yang di rasakan oleh setiap manuisa, dan kisah dalam Yesus membangkitkan anak muda yang ada di kota nain, bahwa karena belasan kasihnya kepada manusia ia membangkitkan manusia tersebut (Luk 7:11-17). Dan masih banyak menyatakan dan menjelaskan dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa Allah itu memiliki belas kasihan dan mengerti akan apa yang di rasakan oleh setiap orang.

4. Yesus Kristus penuh dengan kelemah lembutan

Sekalipun Yesus adalah Tuhan, damun dia juga memiliki hati yang lemah lembut yang tidak seorangpun di muka bumi ini yang memiliki hal yang demikian. Jadi kelemah lembutan Yesus itu terungkap dalam kerendahan hati, kesabaran, dan kasih sayang-Nya terhapap manusia tersebut. Yesus sendiri berkata bahwa “Ia adalah lemah lembut” (Mat 11:29; 12:20) dan belajarlah kepada-Ku sebab Yesus itu adalah lembut. Jadi sebagai pengikut Kristus kita di tuntut untuk memiliki kerendahan hati, seperti yang di miliki Yesus Kristus.

5. Yesus Kristus rendah hati

Dalam diri Yesus Kristu ada rendah hati yang sempurna dan di dalam Matius 11:29 mengataklan “karena kerendahan hati-Nya, Ia datang ke dunia ini, bukan memcari kemuliaan untuk diri-Nya sendiri, tetapi kemuliaan bagi Allah Bapa (Yoh 8:50). Jadi kita perlu memperhatikan bahwa kerendahan hati-Nya, Dia tidak membalah perbuatan yang di perbuat manusia yang begitu bejat. Dan masih banyak lagi yang terdapat di dalam diri Yesus. Namun sekalipun saya tidak mencantumkannya mungkin yang kelima ini akan lebih muda kita memahami.

* KARYANYA

Adapun penjelmaan Yesus Kristus sebagai manusia dengan tujuan untuk menebur setiap manusia, dan adapun karya-karya yang Allah lakukan melalui Yesus Kritus dengan tujuan untuk kasih-Nya kepada manusai. Jadi karya yang Yesus lakukan dengan datang kedunia ini, untuk menebus dosa semua orang. Karena itu dalam Alkitab mengatakan “Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Jadi karya-karya yang Anak lakukan pada waktu di dunia ini sebagai berikut

A. Sebagai pendamaian antara manusia dengan Allah

Jadi jika kita perhatikan kata “pendamaian” puluhan kali di dalam Alkitab, yang artinya yang menutupi dan mengangkat manusai itu dari lumpur dosa. Jadi pendamaian itu hanya bisa di lakukan oleh Yesus Kristus dan tidak ada seklain Dia, dengan mati di kayu salib. Dengan datangnya Yesus Kristus ke dunia ini dengan tujuan untuk mendamaikan manusia itu dengan Allah, sebab hubungan manusia itu dengan Allah sudah terpisah karena dosa Adam (Yesaya 59:2). Jadi dengan datangnya Yesus ke dunia ini dengan memberi kembali, atau memberikan jalan kembali kepada manusia itu, supaya manusia itu ada hubungan lagi dengan Allah.

Kristus Yesus telah mati karena dosa-dosa manusia, bukan karena diri-Nya sendiri, dan dosa yang di perbuat manusia tersebut, menyebabkan dan menuntut kematian-Nya, karena manusia itu sendiri tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, (Yes 53:5,8,8,11-12, 1Pet 3:18; Rom 4:25; I Kor 15:3; 1 Pet 2:224). Jadi kematian Yesus kristus di sebabkan karena dosa manusia atau untuk memperdamaikan kita kembali dengan Allah. Darah Yesus telah menjadi korban karena “dosa” manusia, oleh karena kematian-Nya dan darah-Nya yang tertumpah dikayu salib,sehingga membuat murka Allah kepda kita telah di hapuskan, I Yoh 4:10; Rom 3:25. Karena itu saya menjelaskan bahwa kematian Kristus tersebut, untuk mendamaikan manusia itu dengan Allah kembali dan supaya ada lagi hubungan Allah dengan manusia tersebut.

B. Sebagai penganti/ mengantikan posisi manusia tersebut

Kata penganti mengandung gagasan yang bermakna, sebab orang yang tidak ada kesalahan mau menanggung dosa orang tersebut (II Kor 5:21), sebab Gembala yang baik member nyawanya kepada domba-dombanya (Yoh 10:11). Jadi tidak seorangpun yang mampu mengantikan dosa kita selai Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia itu (Efs 2:1)

C. Penebus manusia itu dari lumpur dosa

Allah menebus manusia/ orang yang berdosa yang telah di belenggu oleh dosa, jadi tebusan yang di kerjakan Allah itu sangat mahal (I Per1:18-19). Arti dari harga yang di bayar oleh Allah itu tidak bias di bayar dengan apapun. Jadi Allah merelakan Anak-Nya yang tunggal sebagai ganti dosa manusia itu (Mat 20:28; Yoh 19:18).

ALLAH ROH KUDUS

Ada banyak pengertian yang salah mengenai identitas Roh Kudus. Ada beberapa yang menganggap Roh Kudus sebagai suatu kuasa mistis. Yang lainnya memandang Roh Kudus sebagai semacam kuasa yang Allah berikan kepada para pengikut Kristus. Apa yang Alkitab katakan mengenai identitas Roh Kudus? Secara sederhana – Alkitab mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Alkitab juga mengatakan bahwa Roh Kudus adalah sebuah Pribadi yang memilikiakalbudi, perasaan dan kehendak.

Kita juga mengetahui bahwa Roh Kudus adalah Allah karena Dia memiliki atribut-atribut atau karakteristik-karakteristik Allah. Contoh bahwa Roh Kudus mahahadir dapat dilihat dalam Mazmur 139:7-8: “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.” Kemudian di dalam 1 Korintus 2:10 kita menemukan kemahatahuan dari Roh Kudus. “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat didala diri Allah selain Roh Allah. Kita mengetahui bahwa Roh Kudus adalah sebuah Pribadi karena Dia memiliki akal budi, perasaan dan kehendak. Roh Kudus berpikir dan mengetahui (1 Korintus 2:10). Roh Kudus dapat berduka (Efesus 4:30). Roh Kudus berdoa syafaat bagi kita (Roma 8:26-27). Roh Kudus membuat keputusan sesuai dengan kehendakNya (1 Korintus 12:7-11). Roh Kudus adalah Allah, “Pribadi” ketiga dari Trinitas. Sebagai Allah, Roh Kudus dapat betul-betul berfungsi sebagai Penghibur dan Penasehat yang Yesus janjikan (Yohanes 14:16, 26; 15:26).

* Pribadi-Nya

Pelajaran mengenai Roh kudus penting sekali bagi semua orang percaya, karena mempelajari pribadi Roh Kudus sama saja mempelajari Allah, dan akan lebih mudah kita akan memahami tentang keberadaan Allah. Roh Kudus adalah satu Pribadi, yang memiliki kehendak pikiran kemauan sama seperti manusia. Namun kepribadian Allah roh kudus adalah kudus dan tidak berdosa dan juga tidak di batasi ruang dan lingkup (Kis 1:4:8; 10:44-46; 11:15-17; 19:2-6; Luk 4:18; 24:49). Jadi roh Kudus adalah oknum yang hidup, dan yang kekal adanya (Ibrani 9:14).

* Karyan-Nya

Ada karya pencurahan Roh Kudus sering dikaitkan dengan pemberian berbagai karunia kepada setiap orang percaya. Sehingga ketika gereja-gereja Tuhan yang tidak terlalu menonjolkan berbagai karunia Roh dianggap sebagai gereja yang hidup tanpa roh. Bagaimana kita harus menjawab permasalahan ini? Selaku gereja Tuhan, kita tidak menyangkal bahwa karya Roh Kudus juga mengaruniakan berbagai macam karunia seperti karunia hikmat, pengetahuan, menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh, karunia bahasa roh dan menafsirkan bahasa roh (I Kor. 12:8-10). Namun yang ditonjolkan oleh kalangan tertentu ternyata bukan karunia hikmat, pengetahuan, bernubuat dan membedakan bermacam-macam roh; melainkan yang sangat ditonjolkan justru karunia menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat dan karunia bahasa roh. Padahal seluruh karunia tersebut ditempatkan oleh rasul Paulus untuk membangun jemaat dalam kesatuan tubuh (I Kor. 12:13, 24-25). Ini berarti karunia Roh yang utama adalah kasih. Sebab kasih senantiasa dapat menjembatani suatu jarak yang semula terputus, dan memampukan setiap pihak yang berbeda untuk hidup dalam rasa hormat dan sikap saling menghargai. Ketika kita mampu untuk saling mengasihi dan membangun kehidupan persekutuan, maka kita juga mengalami makna damai-sejahtera sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yesus. Dan adapun karya-karya yang Allah Roh Kudus ialah:

A. Membimbing

Kehadiran Allah ditengah-tengah umat-Nya dinyatakan dalam pekerjaan Roh Kudus yang memberikan bimbingan kepada orang percaya. Roh Kudus memberikan hikmat kepada seseorang agar dapat memahami sesuatu yang tidak mungkin dipahami melalui akal pikiran biasa (1 Korintus 2:13). Senada dengan itu Millad J. Erickson menjelaskan: “Karunia-karunia Roh Kudus diberikan dalam kata-kata yang diajarkan oleh Roh dan bukan oleh hikmat manusia (2:13). Bahkan dalam 1 Yohanes 2:27 ditegaskan betapa pentingnya urapan atau pencerahan yang diberikan oleh Roh Kudus untuk mengerti firman Allah bagi orang yang percaya. Seseorang dapat memiliki kearifan dengan cara mengharapkan dan meminta pertolongan Roh Kudus. Sebab Roh Kudus mampu memimpin dan mengajar untuk memberikan pemahaman terhadap seluruh kebenaran, Ia juga mampu membimbing seseorang bagaimana seharusnya menyampaikan argumentasi mengenai kebenaran (Lukas 12:12; Yohanes 16:13,14; Markus 13:11).

B. Menindaklanjuti pelayanan Yesus Kristus

Tuhan Yesus menegaskan bahwa kehadiran Roh Kudus bertujuan menindaklanjuti karya penebusan terhadap orang berdosa yang telah dikerjakan-Nya dengan cara menginsafkan dan menjelaskan kebenaran akan adanya penghakiman di akhir jaman (Yohanes 16:7, 8). Harun Hadiwijono menyatakan hubungan Roh Kudus dengan Yesus Kristus sebagai berikut. “Jadi ada hubungan yang erat sekali di antara karya Kristus sebagai Anak Allah dan karya Roh Kudus sebagai kekuatan ilahi atau daya ilahi. Hubungan itu demikian eratnya, hingga Roh Kudus juga disebut Roh Kristus (1 Ptr. 1:11). Kristus mendatangi para orang milikNya di dalam Roh dan di dalam Roh itulah Ia bersama-sama dengan mereka. ”Bahkan sebelum naik ke sorga Yesus Kristus menyampaikan wasiat tentang Roh Kudus yang akan memberikan dinamika pekabaran Injil (Kisah Para Rasul 1:8).

C. Memberi kuasa

Tuhan Yesus mengakui Roh Kudus-lah yang memberi-Nya kuasa (Matius 12:28). Rasul Paulus juga mengakui dalam menyusun strategi pekabaran Injil ia mempergunakan cara mendemontrasikan kuasa di dalam kekuatan Roh Kudus (1 Korintus 2:4). Hal itu dibuktikan Rasul Paulus pada saat ia mempergunakan otoritas Roh Kudus untuk menghardik tukang sihir, dan menjadikannya buta dalam beberapa hari (Kis 13:9-12; 1 Yoh 4:4).

MANUSIA

* PENCIPTAAN

Pada dasarnya manusia adalah ciptan Allah dan manusia itu di ciptakan serupa dengan gambaran Allah.dan di dalam Alkitab sangat jelas bahwa Manusia diciptakan oleh Allah (Kej 1:26-27 Kej 2:7,18-22 Kej 3:19 Mat 19:4-5 / Mark 10:6-7 1Kor 11:8-9 1Tim 2:13). Allah adalah pencipta, maka Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah, berarti Allah memberikan daya cipta kepada manusia. Pada waktu manusia, yang diberi daya cipta oleh Allah, manusia itu salah menggunakan daya cipta itu. Allah menciptakan manusia berbeda dengan ciptaan lain-Nya.

Manusia pertama hidup juga secara rohani. Hidup secara rohani berarti manusia hidup di dalam persekutuan dengan Allah pencipta jiwa manusia. Manusia hidup berelasi dengan sumber kehidupan yaitu Tuhan Allah. Permulaannya manusia yang hidup di dalam persekutuan dengan Allah itu dimiliki Tuhan dan dikasihi Tuhan, aman dirinya dan berarti/ signifikan hidupnya. Kebutuhan dasar manusia yaitu untuk diterima /dimiliki /dikasihi, keamanan diri dan signifikansi diri/ arti hidup dipenuhi di dalam Tuhan. Manusia pertama yaitu Adam dan Hawa ada relasi dengan Allah dimiliki oleh Tuhan dan dikasihiNya. Adam dan Hawa juga ada di dalam hubungan saling memiliki dan saling menerima dan saling mengasihi. Hubungan manusia dengan Allah ada di dalam hubungan yang harmonis. Hubungan Adam dan Hawa juga ada di dalam kasih. Manusia pertama juga aman karena semua yang manusia perlukan sudah Allah sediakan bagi mereka. Mereka aman jiwanya karena ada di dalam damai dengan Allah. Jiwa mereka benar-benar tenang dan damai. Selain aman jiwanya maka manusia juga mempunyai hidup yang signifikan dan berarti. Manusia mempunyai hidup yang berarti karena manusia diciptakan memiliki tujuan yang Allah tetapkan. Allah memerintahkan manusia untuk beranak-cucu dan menguasai bumi. Karena ketetapan Allah bagi hidup manusia maka hidup manusia mempunyai arah dan tujuan yang signifikan dan berarti. Manusia juga diciptakan untuk memuliakan penciptaNya karena itu hidup manusia itu ada di dalam arti hidup yang bermakna yaitu untuk memuliakan Tuhan Allah. Tetapi manusia jatuh ke dalam dosa. Manusia berdosa mencari identitas dirinya di dalam dunia ini. Manusia berdosa yang mati di dalam pelanggaran-pelanggaran tidak punya pilihan lain selain menemukan identitas, maksud dan arti hidup dalam dunia dan daging seperti warisan jasmani dan status sosial.

Namun kecenderungan manusia adalah menentukan identitas dirinya dari hal-hal yang mereka lakukan. Banyak orang yang mengganggap dirinya sebagai orang bisnis, pedagang, guru, mahasiswa, pendeta, teknisi, manager dan sebagainya. Namun apa yang terjadi ketika mereka kehilangan pekerjaan mereka atau tidak dapat bekerja seperti sebelumnya? Apakah mereka kehilangan identitas diri mereka? Ada kata yang penting yaitu “Apa yang kita lakukan tidak menentukan siapa kita sebenarnya. Siapalah kita ( identitas kita ) yang menentukan apa yang kita lakukan”. Pertanyaannya : Siapakah identitasorang percaya menurut Firman Tuhan.? Berkaitan dengan identitas diri, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus diberikan identitas baru. Alkitab mengatakan bahwa “Tetapi semua orang yang menerimaNya ( Kristus ) diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya (Yohanes 1:12 ). “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah.Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia” ( 1 Yoh 3:1 ). Orang percaya diberi identitas baru yaitu sebagai anak-anak Allah. Identitas baru di dalam Kristus ini adalah aspek penting dalam pertumbuhan kerohanian. Sebab satu hal yang penting adalah “orang percaya tidak ditentukan oleh keadaannya atau masa lalunya yang buruk , tetapi oleh karya Kristus di dalam hidupnya”. Kita bukan produk masa lalu kita tetapi produk karya Kristus di kayu salib. Ketika seseorang percaya Kristus maka hidupnya adalah karya Kristus dan ia memiliki hidup dan identitas baru yang Kristus berikan. Di dalam Kristus dan identitasnya yang baru maka semua kebutuhan dasar manusia terpenuhi. Kebutuhan akan kasih, kebutuhan akan penerimaan, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan arti dan makna hidup, semua kebutuhan ini dipenuhi di dalam Kristus.

* KEADAAN MANUSIA SEBELUM JATUH

Alkitab dengan sangat jelas menyatakan bahwa segala benda dan semua makhluk yang di ciptakan, sepenuhnya terngantung kepada Allah. Dan pemeliharaan Allah yang sungguh nyata bagi semua ciptaan-Nya, salah satu ciptaan-Nya manusia, yang di ciptakan menurut rupa dan gambar Allah (Kej 1:26-27). Kedaan manusia sebelum jatuh dalam dosa, hidup manusia penuh dengan kekudusan, dan bergaul karib dengan Allah, serta berkuasa dengan ciptaan lainnya (Kej 2:1-25). Jadi sungguh manusia hidup dengan damai dan tidak ada yang namanya sakit penyakit, serta tidak ada yang namanya ketakutan, namun yang ada pada mereka di taman Eden adalah hidup damai. Dan manusia yang sudah jatuh dalam dosa mereka akan menyangga gambar dan rupa Allah (Yak 3:9).

Saya percaya bahwa manusia telah diciptakan secara unik menurut rupa Allah, diciptakan dengan kekudusan, keadilan dan pengenalan sejadi; dan diperintahkan Allah untuk menghayati pikiran-pikiran Allah sebagai seorang pemelihara perjanjian yang taat: ia dipercayakan untuk memerintah dan mengusahakan ciptaan Allah lainnya untuk kemuliaan Allah. Kami percaya bahwa seluruh segi kehidupan harus dihayati di bawah perintah Allah sebagai ungkapan ketaatan kepada hukum-hukum Allah (kej 1:26-27)

KESELAMATAN

* ISTILAH

Istilah keselamatan berasal dari bahasa Yunani yaitu “sozo” yang berarti “menyelamatkan. Ajaran tentang keselamatan dikenal dengan istilah “soteriologi” berasala daribahasa Yunani Soterion. Kata “soterion” adalah bentuk netral dari nomina feminine “soteria” yang berarti keselamatan. Kata Soteria berasal dari nomina “soter” yang berarti “penyelamat”, “juruslamat”. Kata “soter dibentuk dari dari kata “sozo” yang artinya “menyelamatkan”, melepaskan” (dari bahaya. Kehancuran, dan hukuman)

Perubahan bentuk kata “sozo” dalam present aktif indikatif:

I. “Sozei”, Ia menyelamatkan

II. “sozo”, Aku menyelamatkan

III. “Sozeis”, Engkau menyelamatkan

* CARA KESELAMATAN

Karya keselamatan hanya bisa di lakukan oleh Allah (Yesus Kristus). Jadi cara keselamatan itu dikerjakan olah dengan matinya Yesus Kristus di kayu salib dan merelakan diri-Nya untuk mati sebagai ganti manusia itu sendiri (II Kor 5:21). Jadi proses yang dengan adanya karya keselamatan yang telah di kerjakan di dalam Yesus Kristus, dan direalisasikan secara efektif di dalam hati dan di dalam kehidupan orang-orang berdosa. Tujuannya adalah untuk menyatakan kasihnya kepada manusia itu sendiri (Yoh 3:16). Karena itu perlu kita ketahui bahwa kematian Yesus Kristus itu membawa keselamatan bagi setiap manusia orang yang menerima-Nya (I Tim 4:10).

* ASPEK KESELAMATAN

a. Pertobatan

Yohanes Pembaptis melalui pelayanannya dengan suatu pangggilan untuk bertobat (Mat.3:2), Tuhan Yesus juga menggunakan kata yang sama dalam khotbahNya (Mat.4:17), paulus juga dalam Kis. 17:30; 26:20 menunjukan bahwa semua orang harus bertobat.

b. Iman

Menyataka suatu kepercayaan dan pengharapan (Ibr. 11:1; 11:6) dan dalam Yoh. 3:36; bd. 3:16 “barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal,...”.

c. Kelahiran kembali,

Dalam Yoh. 1:12 menjelaskan ketika seseorang menerima Kristus (percaya), orang itu jadi anak Tuhan; Yoh. 1:13 mengindentifikasikan bahwa saat itu orang tersebut telah lahir dari Tuhan. Hasil dari regenerasi/ lahir baru adalah orang percaya mendapat bagian dalam natur ilahi (2 Pet 1:14), mengnakan manusia baru (Ef. 4:24), menjadi ciptaan yang baru (1 Kor. 5:17), menerima pikiran yang baru (I Kor. 2:16), memiliki hati yang baru (Yeh. 36:26).

d. Predistinasi,

Prediestinasi berasal dari bahasa Yunani “proorizo” artinya “menandai sebelumnya” dapat dilihat dalam (Kis. 4:28; Rom. 8:29-30; I Kor. 2:7; Ef. 1:5,11).

e. Pembenaran,

Pembenaran merupakan kasih karunia Tuhan bagi orang percaya (Rom. 3:24); dasar pembenaran adalah iman (Rom. 5:1). Oleh kematian Kristus (Rom. 5:8-9), dan ketaatan Kritus yang smpurna (Rom. 5:19). Pembenaran menyatakan orang itu secara sah, dan membuat dia mempunyai bubungan yang benar dengan Tuhan.

f. Adopsi,

Mengambil seorang anak-bukan anak yang dilahirkan kita lihat dalam Yoh. 1:12, kita memiliki sebuah kelurga-keluarga Kristus, kita memiliki hak warfis (Rom 8:17)

g. Pengudusan,

Kata Yunani pengudusan “hagiasmos” artinya “mengkhususkan”. Pengudusan berarti status orang percaya dihadapan Tuhan didasarkan atas kematian Kristus yang dilakukan hanya satu kali, dan orang percaya diperhitungkan kudus dihadapan Tuhan (Rom. 5:7; I Kor. 1:2; II Kor. 1:1; Ef. 1:1; Ibr. 10:10, 14,29).

h. Pemulihan/perdamaian,

Dipersatukan kembali setelah terpisah oleh dosa. Dalam II Kor. 5:18, Allah didalam Kritus telah memperdamaikan dunia dengan Dia

i. Penebusan,

penebusan berarti membeli kembali (I Kor. 6:20; I Pet.1:18; kita telah ditebus Ef. 1:17

GEREJA

Kata ‘Gereja’ berasal dari bahasa Portugis “Igreya” dan dalam bahasa Junani “ekklesia” yang berarti Jemaat yang dipanggil keluar dari dunia menjadi milik Tuhan. Kata “ekklesia” diambil dari kebudayaan Junani waktu itu yang berarti suatu sidang warga kota untuk membicarakan dan mengambil keputusan selaku “Sidang Rakyat yang syah” (Kis. Ras. 19 : 39). Pengertian Gereja secara theologis Alkitabiah ialah bahwa Gereja (ekklesia) itu adalah tubuh Kristus (Ep. 1:22-23) dimana Kristus adalah kepala. Kristus yang memanggil, maka Gereja berasal dari Kristus sendiri. Gereja bukanlah kelompok manusia yang berdiri atas inisitif sendiri, tetapi Kristuslah yang dengan perantara Firman dan Roh mengumpulkan bagiNya Jemaat itu. Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dikumpulkan oleh Kristus. (Kis. Ras. 2).

Dalam Kitab Perjanjian Baru kita menemukan beberapa gambaran mengenai Gereja yang menunjukkan kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus Kristus sebagai kepala Gereja dan umatNya. Oleh sebab itu Gereja harus selalu bergantung kepada kehadiran Kristus, kehadiran sebagai suatu aktivitas yang terjadi di tengah umat secara terus menerus,yaitu penyertaanNya. Gereja digambarkan sebagai umat Allah, bait Allah, bangunan Allah dan sebagai kawanan domba Allah (Wahyu 21 : 3 ; 1 Korint. 3 : 16 ; 1 Kor 3:9; 1Pet 5:2) Gereja sebagai suatu persekutuan yang baru yaitu Tubuh Kristus dan sebagai Tubuh Kristus adalah juga Gereja yang selalu mau mendengar suara Yesus yang memanggil manusia menjadi murid-murid-Nya(Rom.12:4).

* AISTILAH GEREJA

Ada Dalam PB, ‘gereja’ memiliki beberapa istilah. Istilah-istilah tersebut memberi makna penting akan keberadaan ‘gereja’ yang sesungguhnya. Dan memberi pengertian yang lebih jelas. Adapun istilah gereja tersebut sebagai beriku

1. Sebagai Tubuh Kristus :

Sebagian orang jaman sekarang tampaknya menganggap istilah ini sebagai suatu definisi lengkap dari Gereja PB. Akan tetapi maksud sesungguhnya tidaklah demikian. Istilah itu bukan saja dipakai untuk menunjuk Gereja secara universal, seperti dalam Ef. 1:23; Kol. 1:18, tetapi juga untuk menunjukkan satu jemaat tunggal (I Kor. 12:27). Kata itu menekankan kesatuan dari Gereja, baik local maupun universal, dan terutama kenyataan bahwa kesatuan ini bersifat organis, dan organisme gereja mempunyai hubungan yang vital dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala yang Mulia.

2. Sebagai Bait Roh Kudus atau Bait Allah.

Gereja di Korintus disebut sebagai ‘Bait Allah’ dimana Roh Kudus tinggal (I Kor. 3:16). Dalam Efesus 2:21,22 Paulus menyebut orang percaya bertumbuh menjadi ‘satu Bait Tuhan yang kudus’, dan mereka dikatakan dibangun bersama-sama sebagai ‘tempat kediaman Allah dalam Roh’. Disanalah istilah itu diterapkan pada Gereja yang ideal di masa yang akan datang, yaitu Gereja universal. Petrus menyebut orang percaya sebagai batu-batu yang hidup yang menyusun suatu ‘rumah rohani’ (I Pet. 2:5). Hubungan ini jelas menunjukkan bahwa Petrus sedang memikirkan sebuah bait. Gambaran ini menekankan kenyataan bahwa Gereja adalah kudus dan tidak dapat digagalkan. Roh Kudus yang tinggal memberikan sifat-sifat yang mulia kepada Gereja.

3. sebagai Yerusalem yang di atas, Yerusalem yang baru atau Yerusalem sorgawi.

Ketiga istilah ini dapat dijumpai dalam Gal. 4:26; Ibr. 12:22; Why.21:2, bdk. Ayat 9,10. Dalam PL, Yerusalem disebut sebagai tempat dimana Allah berdiam di antara kerubim dan secara simbolis meneguhkan hubungan dengan umatNya. PB jelas menganggap Gereja sebagai pendamping spiritual dari Yerusalem PL, sehingga oleh karena itu diberi sebutan yang sama. Menurut penjelasan ini, Gereja adalah tempat kediaman Allah; dimana umat Allah dibawa untuk bersekutu dengan Dia. Tempat kediaman ini, walaupun sebagian masih ada di dalam dunia, tetapi merupakan milik dari sesuatu yang bersifat sorgawi.

4. Sebagai Tiang atau dasar kebenaran.

Hanya ada satu bagian dimana istilah ini dipakai untuk menunjuk kepada Gereja, yaitu dalam I Tim. 3:15. Ayat ini jelas menunjuk kepada Gereja secara umum, dan dengan demikian juga menyangkut setiap bagian daripadanya. Istilah ini menyatakan dengan jelas bahwa Gereja adalah penjaga kebenaran, benteng kebenaran, dan pembela kebenaran terhadap musuh-musuh dari Kerajaan Allah. ‘Gereja’ menunjuk pada diri saudara-saudara dan saya. Setiap kita termasuk dalam bagian ‘sekumpulan orang-orang yang ditarik keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib’ (ekklesia). Karena itu, ke-empat istilah yang diberikan kepada ’Gereja’ merupakan istilah yang ditujukan kepada setiap kita. Kalau saya menyadari akan makna setiap istilah tersebut; dan bahwa itu menunjuk kepada diri saya sendiri; maka seharusnya hidup saya sesuai dengan makna dari setiap istilah tersebut. Kiranya kesadaran akan diri kita sebagai ‘tubuh Kristus, bait Roh Kudus atau bait Allah ‘Yerusalem yang diatas, Yerusalem yang baru atau Yerusalem sorgawi’, dan ‘tiang atau dasar kebenaran’; mendorong setiap kita untuk memperbaharui sikap hidup kita menjadi seturut dengan kehendak Allah.

* CAKUPAN GEREJA


Gereja bukan berarti gedung atau bangunan phisik ataupun berarti organisasi Gereja. Kata Ekklesia tidak mempunyai pengertian gedung ataupun organisasi, tetapi semuanya menunjuk pengertian kelompok atau perkumpulan orang-orang percaya. Ada tiga dimensi dari cakupan Gereja yang perlu kita perhatikan dan simak sebagai mana yang sudah saya paparkan di bawah ini ialah sebagai berikut:
1. Gereja Universal (“AM”). Gereja yang universal yaitu persekutuan orang-orang percaya diseluruh muka bumi yang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan telah mengalami kelahiran baru oleh Firman dan Roh Kudus. Kelahiran baru harus mendapat penekanan yang khusus, Karena menjadi pengikut Kristus bukan hanya dibuktikan dengan percaya tetapi telah dilahirkan baru oleh Firman dan Roh Kudus. (1 Korintus 12:13, Efesus 2:20).

Dengan demikian kita dapat memberi arti selengkapnya tentang Gereja sebagai berikut; bahwa Gereja Tuhan yaitu sekelompok orang yang telah dipanggil keluar dari milik dunia menjadi milik Yesus Kristus, untuk melaksanakan tugas Ilahi yaitu memberitakan keajaiban keselamatan penebusan Darah Yesus Kristus serta membangun diri untuk beribadah kepadaNya. (1 Petrus 2:9, Efesus 4:15-16). Dan juga dapat disebut “ gereja yang tidak kelihatan”

2. Gereja Lokal. Gereja Lokal adalah persekutuan orang-orang percaya yang lahir baru oleh Firman dan Roh Kudus di suatu tempat. Menunjuk kepada orang-orang percaya yang berkumpul pada tempat atau kota tertentu yang mencakup segala denominasi yang ada didalamnya. Didalam Alkitab disebutkan tentang kumpulan orang-orang percaya atau Gereja setempat. Gereja di Yerusalem (Kisah 8:1, Kisah 11:22). Gereja di Korintus (1 Korintus 1:2, 2 Korintus 1:1), Gereja di Efesus (Kisah 20:17), dan seterusnya.

Gereja lokal merupakan perwujudan yang kelihatan dari Gereja yang universal. Karena itu, Gereja yang universal menjadi jelas dalam Gereja lokal. Karena Gereja lokal merupakan kelompok orang-orang percaya yang kelihatan dan dapat disaksikan di setiap tempat.

1. Gereja lokal tunggal

Gereja tem[pat kita bersekutu dan berbakti secara ritin, dan merupakan unit terkecil dari gereja-satu persekutuan

AKHIR ZAMAN

* ISTILAH

Sampai saat ini banyak pertentangan pendapat antara orang-orang Kristen tentang bagaimana mengartikan pernyataan tentang akhir jaman. Ilmu tentang hal akhir jaman disebut "eskatologi", berasal dari kata Yunani "eschatos" yang hampir sama dengan bahasa Inggris "escalate" (terangkat ) dan digunakan dalam istilah Theologi untuk menunjuk masa "pengangkatan orang kudus" pada akhir jaman. Lima kali dalam Injil Yohanes, Yesus menggunakan kata ini dalam hubungan dengan kebangkitan orang-orang benar yang telah meninggal: "Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman" . Dalam konteks ini, "eschatos" menunjuk pada saat KedatanganNya Kedua kali ke dunia. "... pada waktu bunyi nafiri yang terakhir orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tak dapat binasa dan kita semua akan diubah" (1 Kor 15:52). "Maka Tuhan sendiri akan turun dari Sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit" (1 Tes 4:16).

Jadi akhir jaman itu menandakan Kedatangan Kristus yang kedua kali, kebangkitan daging, penghakiman dan kerajaan seribu tahun dan juga tanda-tanda atau hal-hal yang mendahului akhir zaman itu. Istilah ini disebut juga dalam berbagai bentuk, misalnya: Hari Tuhan (Kis. 2:20; II Petr.3:10 dan I Tes.5:2), Hari Kristus (Flp. 1:10), Hari Terakhir (Mat. 7:22), Akhir Zaman (Yoh. 6:39). Umumnya, kalau berbicara tentang akhir zaman maka biasanya pemikiran tertuju kepada nasib orang perorang yang ditentukan pada penghakiman yang diadakan pada saat itu. Tetapi sebenarnya Alkitab sendiri lebih cenderung membicarakan Penggenapan Kerajaan Allah yang mencakup bumi yang diperbaharui. Yesaya menyebutnya :langit baru dan bumi baru (Yes. 65:17; 66:22). Kedatangan Kristus yang kedua kali dalam Perjanjian Baru disebut dengan istilah : parousia (I Kor. 14:27; II Kor. 7:7), yang dalam pemakaian sehari-hari berarti : perkunjungan seorang penguasa jadi dengan jelas Aklitab mengatakan Bahwa Allah akan datang yang kedua kalinya untuk menjemput setiap orang percaya.

Tujuan Kedatangan Kristus yang kedua kalinya menurut Louis Berkhof, adalah: tujuan kedatangan Kristus adalah memperkenalkan era yang akan datang dan keadaan akhir dari segala sesuatu. Apakah yang terjadi pada waktu kedatangan Kristus tersebut? Ada dua hal penting kita catat di sini. Pertama, yaitu kebangkitan orang mati (orang yang percaya dan tidak percaya). Ajaran ini banyak disinggung dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Baru. Tuhan Yesus bersabda: "Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkanNya pada akhir zaman" (Yoh.6: 40). Baca juga: Yoh.6: 44, 54; 1Kor.15; 1Tes.4: 13-16; 2Kor.5: 1-10; Kis.23: 6; 24: 21; Why.20: 4-6, 13.


* MILINIUM

Dalam istilah sederhana, kata milenium berarti seribu tahun, dan Sejauh yang bersangkutan dengan teologi Milenium adalah istilah yang digunakan untuk Mesias untuk memerintah seribu tahun. Pandangan ini menyatakan bahwa Kristus akan datang kembali sebelum Kerajaan seribu tahun. Pandangan ini berpendapat bahwa parousia (kedatangan Kristus yang kedua) akan terjadi dua kali. Pertama, Kristus akan datang secara rahasia untuk orang percaya dan membawa semua orang percaya ke awan-awan/angkasa (rapture) selama kira-kira 7 tahun. Kedua, Kristus akan datang bersama orang-orang percaya ke bumi dan bersama mereka Kristus akan memerintah di bumi selama seribu tahun lamanya. Pada masa ini Iblis diikat selama 1000 tahun. Setelah masa 1000 tahun ini selesai, Iblis akan dilepas untuk waktu yang singkat, tapi Kristus akan segera memusnahkannya. Lalu terbentuklah langit dan bumi baru.

* PAROUSIA

a. Waktu Kedatangan Tuhan kedua Kali.

Tuhan Yesus pernah berkata bahwa tentang waktu dan jam kedatanganNya, tidak seorangpun dapat mengetahui Malaikat dan Tuhan Yesus sekalipun, hanya Bapa di Surga yang mengetahuinya (Matius 24:36).

Kita harus percaya kata Yesus bahwa waktu dan jam kedatangan kedua kali tidak ada seorangpun dapat mengetahui dengan pasti, sesuai dengan pernyataan Tuhan Yesus (Matius 24:36). Kita harus mengingat bahwa Tuhan Yesus menjawab itu dalam kapasitas sebagai manusia sejati. Walaupun sebagai Tuhan, Yesus Kristus tahu tepat waktunya. Dia sedang mengajar manusia untuk kesiapan menanti kedatanganNya yang kedua kali.

b. Sifat Kedatangan Kristus

Sebagaimana telah kita lihat, Alkitab dengan jelas menyatakan Kristus pasti datang untuk kedua kalinya., Alkitab menyebutkan 5 hal penting tentang kedatangan tersebut.

· secara pribadi

Hal ini sangat jelas dikatakan oleh dua orang malaikat kepada murid-murid Yesus yang sedang menatap ke langit itu. Lukas menulis, "Yesus ini, yang terangkat ke Surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke Surga." (Kis.1: 11) Tuhan Yesus sendiri, sebelum kembali kepada Allah Bapa bersabda, "Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada kamu pun berada" (Yoh.14: 3b). Rasul Paulus menulis, "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari Surga. Dan kita yang hidup yang masih tinggal, akan menyongsong Tuhan di angkasa" (1Tes.4: 16-17).

secara jasmani

Mari kita lihat kembali kepada perkataan malaikat tersebut di atas: "Yesus akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke Surga". Dengan perkataan lain, orang percaya yang nanti melihat kedatanganNya yang kedua akan melihatNya memiliki tubuh, yaitu tubuh kebangkitan, tubuh kemuliaan. Ada yang berpendapat bahwa sebenarnya arti parousia adalah "hadir". Dan arti lain dari parousia adalah "datang", dan pengertian inilah yang paling menonjol dalam Perjanjian Baru. Kata lain yang digunakan dalam arti datang adalah "apokalupsis" dan "epiphania". Ketiga kata tersebut di atas digunakan Tuhan Yesus untuk menyatakan kedatanganNya kembali.

· dapat dilihat

Hal ini kembali jelas terlihat dari perkataan malaikat tersebut di atas. Perhatikan kalimat, "akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke Surga" (Kis.1: 1b). Tuhan Yesus sendiri bersabda: "Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya" (Mat.24: 30).


· tidak terduga

(Mat.24: 38-39). Hal itu juga jelas pada perumpamaan tentang hamba yang setia dan yang jahat. Perhatikan kalimat, "Maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disang-kanya" (Mat.24: 50). Demikian juga tentang perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan yang bodoh (Mat.25: 1-13). Di sini kembali muncul kata "tidak disangka-sangka". Digambarkan bahwa mempelai pria datang pada tengah malam di mana gadis-gadis tersebut tertidur. (1Tes.5: 1-3), hari Tuhan datang seperti pencuri dan tidak ada yang luput.


· Penuh kemenangan dan ke-muliaan

"Dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya" (Mat.24: 30). Rasul Paulus juga menuliskan bahwa ketika Kristus datang, Dia akan disertai oleh malaikat-malaikat dan penghulu malaikat (baca 1Tes.4: 16). Paulus menegaskan bahwa kelak dalam nama Yesus akan bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi" (Fil.2: 10).