Minggu, 02 Mei 2010

IMAN KRISTEN












IMAN KRISTEN



BAB I

AJARAN TENTANG PENYATAAN TUHAN ALLAH

1. Hakekat penyataan Allah

Yang dimaksud dengan penyataan Allah adalah tindakan Allah untuk menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya kepada manusia yang menjadikan manusia dapat dikenal Allahnya atau mempunyai pengetahuan tentang Allahnya. Didalam PL disebutkan juga bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya dengan melalui karya-karya-Nya, baik yang dilakukan dalam bentuk penampakan-penampakan (semak duri yang bernyala, tugu, awan, malaekat Tuhan, dsb) maupun yang dilakukan dalam bentuk perbuatan besar menakjubkan (menyeberangi lautan Teberau, manna, air keluar dari batu karang). Semuanya itu adalah sarana Allah guna memperkenalkan diri atau menyatakan diri-Nya kepada manusia. Sedangkan dalam PB juga ada banyak kata yang dipakai untuk mengungkapkan perkenalan atau penyataan Allah itu sendiri seperti kata apokluptiein dan phaneroun dimana kata apokaluptein artinya “mengambil tutup” atau “mengambil selubung” sehingga tampaklah apa yang tertutup atau terselubung. Kata phaneroun berarti “terbuka”, karena disingkapkan selubungnya. Pengertian penyataan ini bahwa Tuhan Allah keluar dari tempat “persembunyian-Nya, memperkenalkan diri-Nya kepada umat manusia, Ia menyingkapkan selubung yang menyelubunginya dengan tampil kedepan berbuat didalam sejarah menyatakan kehendak-Nya didalam hidup manusia.

2. Tujuan Penyataan Allah

Tujuan penyataan Allah bukan untuk kebahagian manusia melainkan kemuliaan dan kehormatan Tuhan Allah sendiri (Rm. 11:36)

3. Alat-alat Penyataan Allah

a. Macam-macamnya

Pertama-tama Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Israel dengan menampakkan diri (theopani) dalam tanda-tanda yang menjadikan Israel tahu bahwa Tuhan Allah hadir. Ini bukanlah kehadiran Allah tanpa keaktifan dan tanpa waktu, melainkan dengan menampakkan diri ini Tuhan Allah hadir dengan nyata atau mendatangi umat-Nya serta berada ditengah-tengah umat-Nya. Misalnya Tuhan Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa dalam nyala api yang keluar dari semak duri (Kel. 3:2), Tuhan menampakkan diri kepada Israel dalam tiang awan (Kel. 13:21), dalam awan yang padat disertai guruh dan kilat diatas gunung Sinai (Kel. 19:16-20), didalam kemuliaan-Nya yang melalui musa (Kel. 33:20), menampakkan diri kepada Gideon sebagai Malaekat Tuhan (Hak. 6).

Kedua Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel dengan mujizat atau perbuatan-perbuatan menakjubkan.

Ketiga melalui Firman atau Sabda yang dapat didengar guna menyatakan atau membertahukan kehendak-Nya.

b. Tempat Kristus di dalam Penyataan Tuhan Allah

Penyataan Tuhan Allah yaitu dengan Firman-Nya itu diwujudkan dalam diri Tuhan Yesus Kristus. para nabi memberitahukan Firman Allah yang bekerja akan tetapi dalam PB Tuhan Yesus adalah Firman yang bekerja sendiri. Dalam Yoh. 1:1,14 disebutkan bahwa Tuhan Yesus adalah Firman yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya tetapi kemudian menjadi manusia. Dengan ini jelas bahwa Tuhan Yesus adalah pengejawatan Firman Allah dan didalam diri-Nya itu Allah berfirman kepada manusia. Dalam Ibr. 1:3 yang menyebutkan bahwa Tuhan Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Dimana “cahaya kemuliaan” menunjukkan bahwa Tuhan Yesus memiliki kemuliaan yang sama dengan kemuliaan Tuhan Allah, Tuhan Yesus adalah cermin yang mencerminkan Tuhan Allah dan “gambar wujud” Allah berarti tindasan, tembusan, cetakan atau cap dari Allah, ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menampakkan hakekat Allah yang sebenarnya. Demikianlah Tuhan Yesus sebagai Firman yang pada mulanya ada pada Allah dan bersama-sama dengan Allah dan yang kemudian menjadi manusia adalah penyataan Allah yang sempurna. Ini adalah penyataan Allah dengan Firman yang secara kongkrit. Oleh karena itu maka segala penyataan Allah baik yang dengan Firman-Nya maupun yang dengan karya-Nya, didalam diri Tuhan Yesus menjadi satu secara sempurna.

Penyataan Tuhan terbagi menjadi 2 penyataan yang khusus dan penyataan umum. Yang dimaksud dengan penyataan khusus adalah penyataan yang diberikan Tuhan Allah dengan Firman dan karya-Nya yang berpusat pada Kristus. penyataan ini disebut khusus karena hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman saja. Sedangkan penyataan umum adalah penyataan Tuhan Allah yang dengan perantaraan Firman dan karya-Nya di alam semesta, didalam sejarah dan juga di dalam hari sanubari manusia. Penyataan ini disebut umum karena diperuntukkan bagi manusia pada umumnya tanpa terkecuali.

Sifat penyataan juga terbagi menjadi 2 yaitu penyataan langsung dan penyataan tidak langsung. Penyataan langsung yaitu penyataan yang secara langsung diberikan oleh Tuhan Allah kepada manusia dengan perantaraan Firman dan karya-Nya yang berpusat pada Kristus. sedangkan penyataan tidak langsung adalah penyataan yang diberikan oleh Tuhan Allah dengan Firman dan karya-Nya akan tetapi melalui alam semesta sebagai buah karya-Nya.

c. Alkitab sebagai Penyataan Allah

Pembukuan penyataan Tuhan Allah itu bermaksud agar kita, orang-orang yang hidup sesudah zaman Tuhan Yesus Kristus dapat percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah dan oleh karena-Nya kita mendapat hidup yang kekal (Yoh. 20:3; 21:25). Seandainya itu hanya diteruskan secara lisan di sepanjang sejarah manusia, tentu penyataan itu dapat ditambah atau dikurangi oleh manusia yang meneruskannya. Maka perlulah penyataan Allah terjadi sekali untuk selama-lamanya dan itu dibukukan.

Pengilhaman Alkitab atau pelaksanaan pembukuan, penyataan Tuhan dilakukan bukan dengan pengilhaman yang mekanis, pengilhaman negative atau positif, bukan pengilhaman dinamis, tetapi organis. Istilah ini hanya diungkapkan bahwa didalam penghilhaman Tuhan itu Tuhan Allah memakai manusia sebagai alat-Nya. Didalam Alkitab manusia bersaksi tentang karya penyelamatan Allah yang dilakukan Kristus. Akan tetapi didalam segala usaha manusia itu Roh Kudus bersaksi tentang Kristus. Alkitab oleh karenanya adalah alat Roh Kudus untuk menyaksikan karya penyelamatan Allah.

Dalam sejarah penyusunan Alkitab, tidak tersusun menjadi satu, bukanlah kitab-kitab yang diturunkan dari sorga baik dalam bentuk lembaran maupun kitab. Akan tetapi baik PL maupun PB tetap bagi kehidupan keagamaannya. Seluruh isi Alkitab itulah yang oleh umat Allah dipandang sebagai pengumpulan tulisan-tulisan yang secara tepat dan benar menyaksikan akan karya penyelamatan Allah di dalam Kristus

Alkitab memiliki sifat-sifat antara lain: Alkitab adalah berkuasa atau berwibawa, Alkitab adalah cukup dan Alkitab adalah jelas.

BAB II

AJARAN TENTANG TUHAN ALLAH

Maksud Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya kepada umat-Nya itu, tidak lain agar nama-Nya dipermuliakan. Tidak ada perbedaan hakekat Tuhan Allah dengan “sifat-sifat-Nya”. “Sifat-sifat-Nya” adalah hakekat Allah. Penyataan hakekat Tuhan Allah antara lain : Tuhan Allah adalah Mahatinggi, Tuhan tidak dapat dilihat, Tuhan Allah adalah kudus, Tuhan Allah adalah kekal, Tuhan Allah tidak berubah dan Tuhan Allah adalah esa.

Penggunaan ungkapan Bapa, Anak dan Roh dalam Perjanjian Lama dijelaskan bahwa:

- Bapa adalah Tuhan Allah yang didalam Firman dan Karya-Nya menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya sebagai sekutu Israel. Tuhan Allah disebut Bapa sesab Dialah yang menciptakan Israel yang menyebabkan Israel dapat hidup sebagai bangsa yang bebas merdeka (Ul. 32:6; Yes. 64:8), dan Dialah yang memilih Israel untuk menjadi umat-Nya dan oleh karena dialah yang memberikan tugas yang khas kepada Israel. Oleh Karen itu maka disatu pihak sebutan Bapa mengungkapkan ketinggian dan kemuliaan Tuhan Allah akan tetapi dilain pihak juga menunujukkan kasih Tuhan Allah kepada umat-Nya. Dengan nama Bapa ini Tuhan menyanyatakan atau memberitahukan kepada Israel bahwa Ia adalah penciptanya, penyelamatnya dan pembebasnya.

- Sebutan Anak dikenakan kepada Israel sebagai sekutu Tuhan untuk menunjukkan bahwa Israel harus mentaati Tuhan Allahnya sebagai anak mentaati Bapanya. Sebagai anak Israel harus mempersembahkan seluru hidupnya bagi kemuliaan Tuhan Allah, Bapanya.

- Roh Allah adalah nafas Allah atau asas hidup Ilahi yang dinyatakan didalam karya-Nya yang dinamis. Roh inilah daya penciptaan Tuhan Allah yang menampakkan diri sebagi hidup dari Firman Tuhan yang menciptakan (Mzm. 33:6). Maka Roh itu sama dengan yang uraikan dalam Mzm. 8:4 sebagai jari allah atau tangan yang menjadi alam semesta dengan segala isinya. Roh ini jugalah yang menjadikan manusia dapat diperbaharui hidupnya. Demikianlah Roh Allah adalah Tuhan Allah sendiri dipandang dari segi daya hidup-Nya yang dinamis, yang mencipkakan baik dunia maupun pembaharuan manusia.

Gagasan tentang Bapa, Anak dan Roh Allah yang terdapat di PL itu juga yang terdapat di PB.

Sebutan Bapa di dalam PB, bukanlah dalam arti bapa yang statis, yang tidak bergerak. Pengertian bapa jika dikenakan kepada Tuhan Allah, dikenakan dalam arti yang dinamis yang menunjukkan kepada Allah yang aktif dalam Firman dan karya-Nya bagi keselamatan anak-anak-Nya. Tuhan Allah bukanlah Bapa bagi anak-anak-Nya atau umat-Nya seandainya Ia tidak berbuat apa-apa bagi umat-Nya.

Anak Allah memiliki arti yang mendalam dibanding dengan pengertian di PL. di PB “ menjadi anak Allah adalah hak utama dari umat Allah sebagai kesatuan, bukan sebagai individu. Sebagai sarana atau perkenalan Allah Bapa, yang menunjukkan dedalam seluruh hidupnya bagaimana Allah Bapa itu. Tuhan Yesus sendiri disebut Anak Allah. Arti ungkapan “Anak Allah” bagi Tuhan Yesus pada dasarnya tidak berbeda dengan arti ungkapan itu, jika dikenakan pada orang beriman yang disebut Anak Allah. Ungkapan “Anak Allah” adalah bahwa Israel harus mempersembahkan seluruh hidupnya bagi kemuliaan Allahnya, atau harus mencerminkan kehidupan ilahi didalam hidupnya, seperti anak harus mencerminkan bapanya. Hal itu hanya mungkin jikalau Israel mentaati segala kehendak Tuhan Allah. Padahal mentaati kehendak Alla itu hanya mungkin jukalau ada persekutuan yang akrab antara Tuhan Allah dengan orang beriman. Hal ini semuanya berlaku juga bagi Tuhan Yesus sebagai sarana penyataan Tuhan Allah. Kesatuan Allah Bapa dengan Tuhan Yesus sebagai Anak Allah adalah kesatuan dalam karya-karya-Nya, bukan didalam tabiat-Nya atau didalam zat-Nya. Sebutan “Anak” bagi Tuhan Yesus berarti bahwa Ia didalam hidup-Nya melaksanakan apa yang telah direncanakan Allah Bapa, atau menjadi penyataan sebagai sekutu umat-NYa. Didalam hidup-Nya dan karya-Nya Tuhan Yesus menunjukkan atau menyatakan bahwa Tuhan Allah adalah sekutu umat-Nya, penyelamat umat-Nya. Didalam diri Tuhan Yesus dapat dilihat dan diketahui, bagaimana Tuhan Allah menyelamatkan umat-Nya. Didalam kematian Tuhan Yesus terlaksana rencana Allah untuk menyelamatkan umat-Nya. “Menjadi Anak Allah” berarti : menjadi pelaksana perjanjian Allah dengan umat-Nya, yaitu “menderita dan mati bagi umat Allah” (Rm. 8:32). Kasih Anak kepada Bapa diungkapkan didalam kesetiaan Anak untuk memberikan nyawa-Nya (Yoh. 10:17; Rm. 5:10; I Tes. 1:10). Yesus Kristus adalah Allah didalam penyataan-Nya. Anak Allah bukan Allah Bapa dan sebaliknya Allah Bapa bukan Anak Allah. Anak Allah adalah Firman Allah, sabda Allah, yang tidak dapat dipisahkan dengan Allah dan Anak Allah adalah gambar Allah yang tidak dapat dipisahkan dengan Allah sendiri.

Allah adalah Bapa didalam penyataan-Nya atau karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya yang mengambil inisiatif atau prakarsa untuk menyelamatkan umat-Nya dan yang memanggil umat-Nya untuk menjadi sekutu-Nya atau menjadi anak-Nya yang harus mentaati kehendak-Nya

Allah adalah Anak didalam penyataan atau didalam karya-Nya untuk merealisasikan hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya. Ketika umat-gagal memenuhi fungsinya sebagai umat Allah. Allah adalah Anak yang merealisasikan tugasnya dengan sempurna, yaitu dengan ketaatan-Nya hingga dikayu salib.

Allah adalah Roh Kudus, dikatakan bahwa penyataan Tuhan Allah sebagai Roh juga berpusat pada Kristus. karya Kristus dalam penyelamatan-Nya itu dapat juga dipandang sebagai pelaksana Roh atau kekuatan Ilahi yang dinamis di dalam menyelamatkan umat-Nya. Erat sekali hubungan antara karya Kristus sebagai anak Allah dan karya Roh Kudus sebagai kekuatan ilahi atau daya ilahi. Hubungan itu demikian eratnya, hingga Roh dan didalam Roh itulah Ia bersama-sama dengan mereka. Seperti halnya dengan hubungan Bapa dan Anak demikian halnya dengan hubungan antara Kristus dengan Roh Kudus. Allah Anak disamakan dengan Allah Bapa dilihat dari segi, bahwa Allah Anak adalah Allah Bapa yang bekerja untuk menyelamatkan. Demikian juga Roh Kudus dapat disamakan dengan Kristus yang hadir berbuat untuk menjadi orang-orang memiliki-Nya menikmati hasil karya penyelamatan-Nya. Roh Kudus adalah Kristus sebagai Tuhan yang telah dimulyakan, bukan sebagai Kristus yang menderita.

a. Perlu dikemukakan bahwa ajaran Alkitab tentang Allah yang Tritunggal itu memperkenalkan Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya, artinya sebagai Allah yang memihak, membela serta mencari keselamatan manusia.

b. Ajaran Alkitab tentang penyataan Allah sebagai yang Tritunggal itu penting sekali bagi pengenalan kita akan pekerjaan Tuhan Allah.

c. Ajaran Alkitab tentang Tritunggal yang menyatakan diri-Nya sebagai yang Tritunggal adalah penting bagi pengalaman orang beriman tentang allah itu.

Agama Kristen berdiri dan jatuh bersama-sama dengan pengakuan kepada Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai yang Tritunggal, sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dasar ini adalah inti Iman Kristen, dasar segala ajaran Kristen.

BAB III

AJARAN TUHAN ALLAH SEBAGAI PENCIPTA

Dunia dengan segala isinya diciptakan oleh Tuhan Allah hanya dapat diyakini didalam iman. Tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan hal itu. Ajaran tentang penciptaan besar sekali artinya bagi kehidupan manusia. Misalnya, bagi kebaktian umat kepada Tuhan allah, bagi ilmu pengetahuan, bagi kebudayaan.

Dasar penciptaan, menurut Karl Barth, penciptaan adalah karya Tuhan Allah untuk mempersiapkan adanya ruang dan kemungkinan bagi keselamatan yang akan dikerjakan oleh Tuhan Allah didalam Kristus. Tuhan Allah bermaksud untuk menyelamatkan manusia didalam Kristus sebelum dunia dijadikan. Agar supaya maksud itu terlaksana terlebih dahulu Tuhan Allah harus menjadikan dunia sebagai ruang atau tempat dimana keselamatan didalam Kristus tadi dapat mungkin terjadi. Jadi penciptaan adalah satu keharusan. I Kor. 15:28, akhir dari segala sesuatu adalah bahwa Allah menjadikan manusia semua didalam semua. Hal ini menunjukkan bahwa penciptaan itu terlaksana dengan mengingat akan adanya “langit baru dan bumi baru”, jadi bukan demi “zaman ini”. Penciptaan adalah buah pekenaan Tuhan Allah. Ia bermaksud memuliakan diri-Nya dalam penciptaan itu.

Buah penciptaan Tuhan dimana hasil karya penciptaan Tuhan Allah lebih penting daripada para malaikat, yang menjadi perhatian Tuhan Allah, karena Tuhan Allah membuat sejarah dengan mahluk ini. Mahluk ini adalah “langit dan bumi” atau alam semesta ini dengan segala isinya, dengan manusia sebagai pusatnya. Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga mengutus anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan-Nya (Yoh. 3:16), agar supaya dapat dibebaskan dari perbudakan kebinasaan serta dijadikan langit dan bumi baru dimana terdapat kebenaran.

Hasil penciptaan, karya penciptaan dalam Kej. 1 digambarkan sebagai karya persiapan yaitu persiapan bagi kehidupan manusia. Segala mahluk lainnya, kecuali diberi tempat masing-masing, juga diberi tugas yang hubungan erat sekali dengan kehidupan manusia, air dipisahkan dan dibendung, agar supaya bumi dapat didiami oleh manusia. Tuhan Allah telah menciptakan, membentuk dan menegakkan bumi, bukan supaya kosong tetapi supaya didiami manuisia (Yes. 48:18). Tubuh-tumbuhan tumbuh didalam dunia untuk diberikan kepada manusia (Kej. 1:29). Semikian juga halnya dengan binatang-binatang, mereka dijadikan juga supaya manusia dapat menguasainya (Kej. 1:26). Matahari, bulan dan bintang-bintang dijadikan tanda dan ketetapan masa serta hari dan tahun, tidak ada lain adalah kepentingan manusia yaitu agar manusia mengerti akan musim menabur dan menuai dan lain sebagainya.

MANUSIA

Kej. 2:7 disebutkan, bahwa Tuhan membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya; demikianlah manusia menjadi mahluk yang hidup. Ini menunjukkan bahwa manusia bukan berada dengan sendirinya malaikan ada yang menciptakan yaitu Tuhan Allah sendiri. Manusia bukanlah keturunan Tuhan Allah, ia juga bukan mengalir keluar dari Allah akan tetapi diciptakan oleh Allah. Manusia adalah hasil karya Tuhan Allah yang keadaannya berlainan sekali dengan yang lainnya yang Tuhan Allah ciptakan.

Kata yang diterjemahkan dengan “debu tanah” disini adalah adama, yang ditempat lain dipakai kata “daging” atau “basar” untuk menyebut tubuh manusia itu. Kata basar dalam bahasa Yunani adalah sarx- kedua kata ini (basar dan sarx) didalam Alkitab dipakai dalam hubungan yang bermacam-macam dan diterjemahkan dengan bermacam-macam cara juga, misalnya : tubuh (Ay. 19:26; Mzm. 16:9; Kej. 2:26), mahluk (Mzm. 145:21), manusia (Yes. 31:3), orang (Luk. 3:6). Dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan “debu tanah” adalah “daging” pertama-tama adalah tubuh manusia, bentuk atau penampakkan manusia yang lahiriah, segi keduniawian atau kodrati manusia (bnd. Yoh. 1:13; 3:5). Debu tanah atau daging terbataslah hidupnya dapat rusak (Yes. 31:3), tidak memiliki gidup didalam dirinya sendiri dan hanya dapat hidup selama Tuhan Allah memberikan hidup kepadanya (Kej. 6:1,3). Rasul Paulus menyebut tubuhnya sebagai manusia lahiriah bukan batiniah (2 Kor. 4:16).

Hal yang kedua dibertakan oleh Kej. 2:7 ialah bahwa manusia adalah debu tanah yang kedalam hidungnya dihembuskan “nafas hidup” sehingga menjadi “mahluk hidup”. Kata “mahluk” adalah nefesy, nefesy, yang dalam Alkitab diterjemahkan dengan bermacam-macam cara, misalnya : binatang (Kej. 1:21), nafsu (Mzm. 78:18; Pkh. 6:9), keinginan (Pkh. 6:7), rasa lapar (Ams. 16:26), orang (Yer. 2:34). Nefesy berarti “emosi” (rejana), yang diterjemahkan dengan kata “jiwa” (Kel 23:9) atau “hati” (Im. 26:36). Kata nefesy juga dapat diterjemahkan dengan “orang” jadi diterapkan kepada manusia itu sendiri sebagai suatu pribadi (Kej. 14:21).

- Tubuh adalah badan menurut Alkitab, menampakkan pribadi manusia dalam keseluruhannya dari segi lahir.

- Jiwa atau nyawa adalah ungkapan yang dipergunakan Alkitab untuk menyebutkan manusia dalam keseluruhannya, sebagai mahluk yang bernafsu, berkehendak, berpikir dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa menurut Alkitab jiwa atau nyawa menampakkan manusia dalam keseluruhannya dari segi yang batin.

- Hati adalah suatu ungkapan yang dipergunakan Alkitab untuk mengungkapkan segi hidup manusia yang tidak nampak yang tersembunyi dibelakang yang tampak, yang menjadi asas pribadi manusia.

- Roh adalah segi hidup manusia yang batin juga yang dapat menerima dan menyatakan segala mancam pengamatan Rohani.

Jadi, badan atau tubuh menurut Alkitab adalah manusia sebagai keseluruhan dari segi yang baik, sedang jiwa atau nyawa dan hati serta roh adalah manusia sebagai keseluruhan dari segi batin.

Didalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ungkapan “dijadikan menurut gambar dan rupa Allah” berarti , bahwa manusia dijadikan memiliki kesamaan ilahi, yang harus dipandang sebagai kesamaan di antara bapa dan anak. Isi gambar allah adalah isi kesamaan ilahi manusia adalah kesamaan kualitas hidup yang setelah jatuh kedalam dosa disebut “cara hidup yang baru” atau “ manusia baru” dimana manusia dipanggil untuk berjalan atau hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dijadikan menurut gambar dan rupa Allah berarti, bahwa manusia harus mencerminkan hidup ilahi di dalam hidupnya sehari-hari. Kerusakan gambar dan rupa Allah terjadi ketika manusia jatuh kedalam dosa. Manusia tidak mencerminkan hidup ilahi didalam hidupnya. Kerusakan gambar dan rupa Allah pada manusia adalah menyeluruh dan pembaharuan hanya dapat dilakukan oleh Tuhan Yesus secara menyeluruh.

Kerusakan gambar Allah menimbulkan persoalan mengenai kebebasan. Pengertian “kebebasan” didalam Alkitab bukan diartikan secara abstrak dan irreligious, netral atropologis melainkan dilihat sebagai suatu hubungan manusia dengan Tuhan Allah, justru didalam Kristus itulah manusia bebas merdeka. Karya Kristus adalah “membebaskan” dan “memerdekakan” manusia dari pada perbudakan. Jadi kebebasan menurut Alkitab kebebasan tiada sangkut pautnya dengan otonomi manusia untuk melakukan apa yang menurut kehendaknya.

BAB IV

AJARAN TENTANG DOSA

Dosa bukanlah karya Allah; Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa tidak mungkin Tuhan Allah menjadi sebab asal dosa (Ay. 34:10; Mzm. 23:23; 119:68; 2 Taw. 19:7; Kel. 23:6-8). Dosa memisahkan Tuhan Allah dari pada manusia (Yes/ 59:2;3-8,16,19). Asal mula dosa bukan dari Iblis dan jatuhnya malaikat, tetapi sumber dosa terletak pada manusia sendiri. Segala dosa yang keluar dari dalam hati mereka adalah dosa mereka sendiri. Dari Kej. 3 tersebut jelaslah bahwa manusia salah, sebab ia jatuh kedalam dosa. Ia kalah dengan pergumulannya dengan penggodaan, dan ia mau dikalahkan oleh penggodaan. Adam dan Hawa merasa bersalah dan merasa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Hakekat dosa menurut Alkitab, bukan hanya tidak percaya kepada Tuhan Allah, bukan hanya melanggar perintah Tuhan, tidak mentaati Tuhan, melainkan lebih dari semua itu dosa berarti juga memusuhi Tuhan, bahkan memberontak terhadap Tuhan. Sebab “ingin menjadi seperti Allah” berarti ingin menduduki kedudukan Allah, merebut wewenang Tuhan. Segala dosa pada hakekatnya sama dengan dosa yang di ungkapkan di Kej. 3. Dosa merusak hubungan baik hubungan antara Allah dengan manusia maupun manusia dengan manusia. Oleh karena itu dosa membenci Allah (Yoh. 15:23-24), hidup tanpa Allah (Luk. 15:21) manusia membenci sesamanya (Kej. 3:12)

Dosa adalah suatu pemberontakan dan akibatnya luas sekali. Dosa menurut Alkitab memiliki sifat umum yang meliputi seluruh keturnan Adam dan Hawa (Rm. 3:9; 3:23; Gal. 3:22). Setelah Adam jatuh kedalam dosa hidup semua manusia dikuasai dosa atau semua manusia diperbudak oleh dosa. Hidup dikuasai oleh dosa dapat disebut hidup yang berakar, bersandar serta berada dalam suasana dosa. Hidup itu dijiwai oleh dosa sedemikian rupa, hingga pikiran, kata-kata dan segala perbuatan manusia diberi ciri dosa.

Akibat dosa yang pertama ialah diperbudak dosa. Nasib orang berdosa ilah bahwa bukan dirinya sendiri yang menguasai hidupnya, melainkan dosalah yang menguasainya (Yoh. 8:34; Rm. 7:14-15). Kerusakan dosa sebagai perbudakan itu dapat bermacam-macam aspek dari kehidupan manusia. Misalnya : kerusakan dosa yang terdapat dalam tubuh dan anggota-anggotanya. Kerusakan yang beroperasi dari luar kedalam (Rm. 7:14). Akibat dosa yang kedua ilah terkena murka Allah, murka Tuhan bukan hanya dinyatakan kepada para orang yang tidak mengenal Tuhan melainkan kepada orang Israel yang hidup dengan Tuhan. Demikian jelas bahwa baik orang Yahudia (yang bertuhan) maupun orang Yunani (yang tidak bertuhan) semuanya telah ada dibawah kuasa dosa (Rm. 3:9), dan oleh karena itu mereka semua ditaklukkan kepada murka Tuhan.

TINGKATAN DOSA

Rasul Paulus memperingatkan supaya orang beriman juga melakukan dosa yang berat, misalnya: cabul, menyembah berhala, berzinah, …(I Kor. 6:9-10). Peringatan ini bukan berarti bahwa orang beriman boleh melakukan dosa yang “ringan”. Orang beriman harus menjauhkan diri dari segala dosa. Akan tetapi Alkitab tahu bahwa orang beriman masih juga dapat bersalah didalam banyak perkara (Yak. 3:2), orang beriman diperingatkan dengan sungguh-sungguh jangan hidup dalam dosa, atau hidup dengan menurut kehendak dagingnya atau kehendak nafsu duniawinya yang berlawanan dengan Roh (Gal. 5:17,20-21; 1 Kor. 5:3; Rm. 8:4; 2 Tim. 3:1-9). Sebab hidup yang demikian adalah hidup dalam gelap (Why. 22:15).

DOSA MENGHUJAT ROH KUDUS

Dosa menghujat Roh dikatakan bahwa tidak akan diampuni (Mat. 12:22-23; Mrk. 3:22-30; Luk. 11:14-26; 12:10). Menghujat Roh Kudus adalah “dengan sengaja menolak penyataan Roh Kudus”, bahkan penyataan Roh Kudus itu dipandang sebagai karya ketan. Dosa yang demikian itu, menurut Tuhan Yesus tidak mungkin diampuni baik dalam dunia ini, amupun dia akhirat. Sebab dengan dosa ini orang dengan sengaja “memutarbalikkan” kebenaran, yaitu kemenangan kerajaan Allah yang disebut kemenangan setan. Dalam Ibrai dosa menghujat Roh Kudus adalah bahwa orang menolak apa yang telah dibuka, menolak apa yang telah ditiadakan tutupnya. Menurut surat Ibrani mengatakan hal ini “dengan sengaja menginjak-injak Anak Allah”

BAB V

AJARAN TENTANG KARYA ALLAH SEBAGAI PENYELAMAT

Dosa telah menjadikan manusia, yang dijadikan menurut gambar dan rupa Allah, yang terpanggil untuk mencerminkan hidup ilahi di dalam hidupnya, tidak lagi dapat memenuhi tugas panggilan yang mulia itu. Karena dosanya manusia tidak lagi menghadapkan hidupnya kepada TUhan Allahnya, guna menaati segala perintah-Nya,melainkan ia membelakangi Allahnya. Karena dosa manusia tidak lagi mengarahkan pendangannya kepada terang, melainkan kepada gelap. Manusia bukan menjadi seperti Allah, melainkan menjadi budak dosa, sehingga hidupnya rusak dari segi lahir hingga batin, dan dari segi yang terdalam hingga yang terluar. Manusia senantiasa hidup di dalam ketakutan.

Apakah ada jalan kelepasan bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa? Karena manusia di dalam hidupnya sehari-hari tidak merasa menikmati hidup seperti yang seharusnyadinikmati sebagai manusia, karena dikusai oleh kekuasaan-kekuasaan yang membelenggunya, dan hal ini semua agama mengajarkan hal yang demikian. Ada bermacam-macam agama di dunia, seperti agama suku murba; mereka mengenal bermacam-macam upacara keagamaan yang harus menyertai kehidupan manusia sejak kelahiran hingga kematian, dengan tujuan yaitu untuk menyelamatkan hidup itu dari segala macam bahaya yang mengancamnya. Terlebih-lebih upacara-upacara yang berkaitan dengan kematian itu penting sekali guna menyelamatkan sang wafat dan kerabat yang ditinggalkannya. Demikian juga agama hindu; yang mengajarkan bahwa jiwa manusia, atman atau purusa, yang dipenjarakan di dalam tubuh halus dan tubuh kasarnya, itu karena ketidaktahuan (awidya) begitu disilaukan oleh alat-alat batiniahnya sehingga terseret kedalam segala perbuatan-perbuatan manusia sehari-hari. Hindu percaya bahwa yang dapat membebaskan mereka dari keterbelengguan itu ada tiga hal, yaitu Jnanamarga atau jalan kelepasan, karma marga, dan bhakti marga; ketiga jalan ini dapat membawa manusia kepada kelepasan, sebagai Tuhan tidak terpisah-pisah. Menurut kebatinan, jalan kelepasan bagi mereka dalah jalan yang menujuh ke dalam, yaitu ke dalam diri manusia. Sedangkan Buddha hal yang sama bahwa bahwa hidup adalah penderitaan. Dan islam mengajarkan bahwa waktunya Tuhan Allah menurunkan firman_nya dengan perantaraan malaikat jibril untuk memberikan jalan keselamatan kepada manusia.

Jikalau di lihat ajaran kelepasan dari agama-agama yang diuraikan di atas, tampaknya bagaimana manusia sendiri harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengenakan hati Tuhan Allahnya, dengan maksud supaya memdapatkan kebagian di sorga. Sedangkan Tuuhan cukup memberitahuakan bagaimana jalannya manusia dapat menuju kepada keselamatan.

Lain halnya dengan uamat Kristen, berdasarkan ajaran Alkitab iman Kristen memperdengarkan suara yang berbeda sekali dengan ajaran agama-agama yang bermacam-macam tadi. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, yang telah membelakangi Tuhan Allah itu, tidak mungkin mendapatkan jalannya sendiri yang menuju kepada keselamatana. Sebab hari demi hari manusai bahkan menjadikan hidupnya semakin jauh daripada Tuhan Allahnya. Hanya ada satu cara bagi keselamatan yaitu jikalau Tuhan Allah sendiri mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia, jikalau Tuhan Allah yang menjadi sekutu manusia itu, berkenan untuk menunduk guna meraih manusia daripada lumpur kesengsaraannya.

Karya Tuhan Allah sebagai penyelamat umat-Nya ini dapat di lihat dari dua segi atau aspek, yaitu: karya-Nya di dalam Yesus Kristus untuk memperbaiki hubungan Tuhan Allah dengan manusia yang telah rusak oleh dosa itu, dan karya-Nya yang dengan perantaraan Roh Kudus untuk menjadikan keselamatan yang telah diperoleh Kristus tadi benar-benar menjadi dimiliki manusia, atau karya-Nya untuk memasukkan keselamatan tadi ke dalam eksistensi dunia dan manusia.

Cara Tuhan Allah menunduk kepada manusia berdosa guna menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya sebagai sekutu umat-Nya yang setia, serta meraih manusia dosa dari lumpur kenistaan serta menyelamatkannya itu dapat dipandang dari bermacam-macam segi juga.

1. Perjanjian kasih karunia

Salah satu cara uang indah lagi mulia, yang dipakai untuk menguraikan penundukan Tuhan Allah tadi dan yang menunjukkan cirri khas ajaran Alkitab, ialah perjanjian kasih karunia. Disini Tuhan Allah bukan hanya bertindak sebagai Raja yang memerintah, melindungi, serta memilihara umat-Nya, juga bukan hanya bertindak sebagai seorang gembala yang dengan sabar, melainkan di dalam gambaran tentang perjanjian kasih karunia ini Tuhan Allah dipandang sebagai menegakkan manusia dosa, didudukkan-Nya sejajar dengan diri-Nya, dijadikan “patner-Nya” atau “teman sekerja-Nya” atau “sekutu-Nya”, sengan mendirikan perjanjian dengan manusia yang berdosa itu.

Di dalam PL. pengertian “perjanjian” diungkapkan dengan kata berit. Kata ini hingga 283 kali dipakai, sehingga dapat disimpulkan, bahwa pengertian “perjanjian” ini memang penting sekali. Di dalam perjanjian ini Tuhan Allah bukan hanya berjanji, bahwa Ia akan menyelamatkan manusia berdosa, akan tetapi di dalam perjanjian ini TUhan Allah juga memberi tanggungan atau jaminan, bahwa Ia tentuakan menyelamatkan manusia. Di dalam perjanjian ini manusia bukan hanya dipandang sebagai pihak yang menerima saja, melainkan juga diperkenankan menagih apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan Allah kepadanya. Perjanjian ini disebut perjanjian kasih karunia, sebab perjanjian ini hanya berdasarkan kasih karunia semata-mata.

2. Pemilihan Kasih Karunia

Israel di angkat menjadi anak Allah, karena kedudukan Israel sebagai anak itu diperoleh dengan pengangkatan. Karena kedudukan sebagai anak itu diperoleh denganpengangkatan, maka dasar hubungan itu adalah kasih karunia semata-mata. Di dalam kasih karunia-Nya itu Tuhan Allah berkenan memilih Israel menjadi anak-Nya, sekalipun sebenarnya Israel tiada hak untuk diperlakukan sebagai anak. Di dalam Alkitab terdapat banyak ayat-ayat yang disatu pihak menekankan, bahwa Tuhan Allah sejak sebelum dunia dijadikan telah memilih orang beriman supaya selamat, dan yang lain pihak menekankan, bahwa kebinasaan manusia dikehendaki oleh Tuhan Allah.

Di dalam PL. kata memilih mempunyai arti yang bermacam-macam. Jikalau kata itu diterapkan kepada Allah dalam sikapnya terhadap manusia, maka kata itu mempunyai arti “memilih di antara banyak orang atau bangsa”. Oleh karena itu kata memilih ada hubungannya dengan kata kasih atau mengasihi. Jelaslah, bahwa Yesus Kristus menjadi pusat pemilihan, baik pemilihan Kristus untuk menjadi Juru Selamat, maupun pemilihan kita orang beriman untuk diselamatkan. Pemilihan orang beriman untuk diselamatkan itu terjadi di dalam Kristus. kemudian pemilihan Kristus sebagai Juru Selamat itu dinyatakan atau diwujudkan, dijadikan kenyataan pada zaman akhir ini. Jika demikian, maka sebenarnya pemilihan Allah ini tidak lain adalah segi yang lain dari kebenaran, bahwa Allah adalah sekutu umat-Nya, bahwa Ia adalah Allah perjanjian. Di pilih di dalam Kristus, berate bahwa dasar atau akar keselamatan kita ada pada Kristus, demikian juga sandaran dan pelaksanaan keselamatan kita. Kiritus menjadi pusat dan penyataan ayau pengungkapan pemilihan Allah. Maka Kristus mencakup seluruh keselamatan manusia. Jadi keselamatan adalah berasal darpada Tuhan Allah, sedangkan kebinasaan disebabkan karena kesalahan manusia sendiri.

BAB VI

AJARAN TENTANG KARYA ALLAH SEBAGAI PEMBEBAS

Membicarakan hal karya Tuhan Allah yang denganna Ia memasukkan keselamatan, yang telah diperoleh Kristus, ke dalam eksistensi dunia dan manusia. Karya ini dilakukan dengan perantaraan Kristus yeng telah dimuliakan, atau dengan perantaraan Roh Kudus. Karya ini disebut “karya pembebasan:, karena karya ini manusia dijadikan benar-bena hidup di dalam kebebasan, yaitu di dalam kebebasan anak-anak Allah, bebas daripada segala dosa dengan ikatannya, sehingga manusia dapat hidup di dalam suasana yang baru, yaitu suasana damai dengan Allah tanpa ketakutan dan permusuhan.dengan karya penyelamatan yang diusahakan oleh Yesus Kristus memang ada zaman yang baru, ada cara hidup yang baru. Dahulu manusia di dalam daging, atau di dalam suasana yang di kuasai oleh dosa, akan tetapi sekarang orang beriman hidup di dalam Roh atau di dalam suasana yang di kuasai oleh Roh Kudus. Dalam Roma 8:9; rasul Paulus berkata, bahwa kita tidak hidup di dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kita. Tanpa Roh Kudus kita bukanlah menjadi milik Kristus. jadi Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa orang beriman dimasukan ke dalam hubungan hidup yang baru dengan Kristus, di mana Roh Kudus menguasai hidup orang beriman. Oleh sebab itu hidup orang beriman harus mengungkapkan suatu hidup yang dikuasai Roh itu, yang terdiri dari hidup yang gemar akan Roh, yang mau dipimpin oleh Roh serta yang berjalan-jalan di dalam Roh. Dengan demikian maka Roh yang memenuhi orang beriman sebagai keseluruhan atau sebagai tubuh Kristus tadi juga ternyata di dalam hidup orang beriman sebagai peroranga. Karena tiap orang beriman menjadi anggota tubuh Kristus yang dipenuhi oleh Roh.

Hubungan yang baru di antara manusia berdoas dan TUhan Allah, yang terjadi di dalam suasana kebebasan dan perdamaian tadi, disebut juga pengangkatan menjadi anak Allah. Dapat dikatakan bahwa tujuan Tuhan Allah menyelamatkan manusia berdosa adalah agar supaya mereka diangkat menjadi anak-anak-Nya. Hal ini jelas dalam Roma 8:19-21, dimana disebutkan, bahwa baik segala makhluk maupun orang beriman, semuanya menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan, yaitu pada akhir zaman.akan tetapi harus diingat, bahwa pengangkatan ornga beriman menjadi anak-anak Allah ini bukan hanya suatu peristiwa besar akan terjadi kelak pada zaman akhir. Sebab sebenarnya hal menjado anak Allah itu sekarang juga telah dinyatakan. Orang beriman diangkat menjadi anak Allah, hal itu adalah buah karya Kristus, yang telah mendamaikan manusia berdosa dengan Tuhan Allah, dan yang telah menebus dosa manusia. Oleh karena menjadi anak Allah itu mengandung di dalamnya yaitu menjadi ahli waris, padahal menjadi anak Allah itu sekarang telah direalisir, maka menjadi ahliwaris itu sekarang juga telah terjadi. Hanya saja kesempurnaan bagian warisan baru akan diwujudkan pada akhir zaman.

Menurut Alkitab, keselamatan yang dikaruniakan oleh Tuhan Allah dengan perantaraan karya Tuhan Yesus Kristus itu pertama-tama bukan ditujukan kepada perorangan, melainkan kepada umat Allah sebagai keseluruhan, atau kepada uamat Allah yang mewujudkan suatu kesatuan. Yang disebut anak Allah pertama-tama adalah sebuah persekutuan orang beriman. Akan tetapi oleh karena tiap orang beriman menjadi anggota umat Allah sebagai keseluruhan, maka dengan sendirinya tiap orang beriman juga mendapatkan bagian dari keselamatan. Itulah sebabnya maka menurut Alkitab, orang beriman tidak boleh berdiri sendiri-sendiri, yang seorang lepas daripada yang lain. Umat Allah sebagai keseluruhan yang utuh inilah yang di dalam P.B disebut ekklesia, yang biasanya terjemahan dengan jemaat. Dalam PL juga disebutkan, bahwa Israel adalah umat Allah yang kudus bagi Tuhan Allahnya, yang telah dipilih dari segala bangsa diatas mika bumi untuk menjadi umat kesayangan Tuhan.

Jadi jemaat atau gereja adalah lanjutan umat Allah atau jemaat Tuhan di dalam PL. sekalipun demikian gereja dalam PB tidak persis sama dengan jemaah Tuhan di dalam PL. hak ini umpamanya jelas dari Mt.16:18-19 yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu karang ini, yaitu pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, dan bahwa alama maut tidak akan menguasainya. Selanjutnya jemaat Tuhan itu akan diberi kunci kerajaan sorga. Dari kata-kata Tuhan Yesus ini jelas bahwa Gereja adalah penyetaan umat Allah yang sejati. Penyataan Tuhan Yesus ini juga mengungkapkan, bahwa ada hubungan di atara Gereja dan kerajaan Allah. Gagasan tentang kerajaan Allah yang akan datang itu mengandung di dalamnya pengakuan, bahwa kerajaan itu meliputi seluruh dunia bagi keselamatan ummat Allah, dan untuk menaklukkan segala kuasa yang menentang Tuhan Allah. Kerajaan sorga juga dapat disebut kerajaan Kristus, atau kerajaan Mesias, yaitu selama Kristus masih harus menyelesaikan karya penyelamatan-Nya. Karena semuala manusia tidak mau mengakui Tuhan Allah sebagai Rajanya, akan tetapi kebersamaan dengan kedatangan Kristus, atau karena karya penyelamatan Kristus, maka Tuhan Allah diakui lagi oleh manusia sebagai Rajanya, disitulah kerajaan Allah berada. Oleh karena kedatangan Kristus, maka manusia dipanggil untuk masuk ke dalam kerajaan Allah, menjadi rakyat kerajaan itu. Hal ini hanya mungkin, jika manusia bertobat, meninggalkan cara hidup yang lama dan menganakan cara hidup yang baru.

Jikalau kita memperhatikan kata jemaah Tuhan di dalam PL, kita akan tahu bahwa kata itu senantiasa menyatakan hubungan Tuhan Allah dengan Israel, yang diatur di dalam perjanjian kasih karunia. Jadi jemaah Tuhan menunjuk kepada persekutuan umat perjanjian Allah. Dalam PB menggambarkan Gereja dengan bermacam-macam gambaran, sebagai umat Allah, bait Allah, bait Roh Kudus, bangunan Allah, kawanan domba Allah dan lain sebagainya. Semua ungkapan ini menyatakan satu kenyataan dari Gereja, tetapi dilihat dari bermacam-macam segi. Dapat dikatakan bahwa gereja tidak memiliki tujuan pada dirinya sendiri. Gereja berada bukan untuk gereja, bukan demi kepentingan gereja, melainkan demi kepentingan kerajaan Allah. Agar gereja dapat memenuhi tugasnya yang demikian itu gereja harus dipenuhi oleh Kristus. agar gereja dapat dipenuhi kesempurnaan Kristus, gereja harus tumbuh kedalam dan ke luar.

Orang beriman bukan diarahkan kepada hidup yang di dunia ini, melainkan kepada apa yang akan datang, apa yang ada di masa depan. Harapan kepada kedatangan Kristus pada zaman akhir. Yang akan membeberkan kesempurnaan keselamatan orang beriman, menjadi pusat dan pendorong yang kuat bagi pemasyhuran Firman Allah. Kenyataan yang akan dinyatakan pada akhir zaman bersamaan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali, digambarkan sebagai puncak segala sesuatu, sebagai tindakan Tuhan Allah yang baru, yang dilaksanakan dengan kuat kuasaNya. Jadi akhir zaman bagi Alkitab bukan hal yang tidak penting, yang hanya berfungsi sebagai penutupan segala kejadian yang biasa saja. Akhir zaman adalah musim penuaian untuk memisahkan yang baik dan yang jahat atau keganapan waktu untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus sebagai Kepala, baik yang di sorga maupun yang di bumi. Hidup di dalam zaman akhir memang dihubungkan dengan akhir zaman. Waktu kita hidup pada zaman akhir ini diberi cirri dari keselamatan yang telah dikaruniakan kepada kita, tetapi yang belum secara sempurna menjadi milik kita.

Suatu perbedaan yang membedakan antara harapan Kristen dan harapan islam, dan dengan demikian juga membedakan harapan Kristen dengan segala harapan agama-agama yang lain, ialah bahwa harapan Kristen, menurut Alkitab, menati-nantikan dunia yang baru, di mana terdapat kebenaran ( 2 Ptr. 3:13 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar