Senin, 10 Mei 2010

MANAJEMEN SUMBER DAYA PELAYAN MENURUT “1 TIMOTIUS”














BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jika dilihat pada masa sekarang ini manajemen dalam gereja merupakan hal yang kurang diperhatikan selama ini, bahkan karap kali di anggab sebagai bukan tugas seorang Pendeta (gembala sidang). Namun kalau diperhatikan dalam sebuah gereja atau organisasi gereja, manajemen itu harus di perhatikan seorang gembala. Jadi seorang gembala jika mengerti tentang manajemen itu, akan mempermudah seorang gembala dalam membuat sesuatu perencanaan untuk masa depan gereja tersebut.

Pemberdayaan sumber daya manusia pelayan dalam organisasi gereja pada masa post modern ini agaknya kurang menampilkan organisasi manajemen gereja yang tepat. Contohnya, adanya penempatan pelayan-pelayan sidang yang sharusnya ditempatkan pada posisi sekretaris tetapi ditempatkan dibagian bendahara, sehingga hal ini akan menimbulkan kekacauan keuangan gereja, karena kemampuan atau karunia untuk mengurus keuangan tidak dimiliki. Ada pula contohnya seperti seseorang yang seharusnya ditempatkan dibagian biro administrasi tetapi ditempatkan dibagian pembinaan pemuridan, sehingga hal ini akan mengakibatkan kemaat tidak akan bertumbuh secara kwalitas dan kwantitas. Oleh karena itu inilah yang perlu dibahas, bagaimana sebenarnya pemberdayaan sumber daya manusia pelayan dalam suatu organisasi gereja, bagaimana penempatannya, dan bagaimana pelatihannya supaya semua tenaga-tenaga pelayan dalam organisasi gereja semuanya bermanfaat, bisa berjalan sesuai dengan perencanaan sehingga akan menghasilkan gereja yang bertumbuh secara kwalitas dan kwantitas.

Disamping hal itu juga pemberdayaan sumber daya manusia pelayan juga perlu diperhatikan dari sisi pribadi orang yang mau dipakai dalam organisasi gereja, karena hal ini juga sangat mempengaruhi gereja baik secara intern maupun ekstern. Oleh karena itu juga tentunya akan ada pembinaan dan pelatihan sebelum terjun melaksanakan tugas yang sudah ditentukan dalam pengorganisasian gereja.

  1. Tujuan Manajemen

Manajemen sangat perlu dan harus di pelajari oleh setiap gembala siding. Jadi tujuan manajemen dalam gereja ialah untuk mengatur dan mengarahkan kepada ketertiban dalam sebuah gereja. Sebab dengan adanya ketertiban itu, akan terjadi sesuatu yang baik. Di dalam situasi yang serba otomatis pada zaman sekarang ini, manajemen berpungsi atau bertujuan membuat suatu ketertiban, apalagi dalam gereja tersebut, bermacam-macam karakter. Dengan adanya manajemen ini akan menimbulkan pertumbuhan yang baik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Sumber Daya

Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. Manajemen Sumber Daya berarti suatu pemilihan, penentuan atau menyeleksi orang-orang yang harus dipakai, sesuai dengan skill atau kemampuan yang dimiliki untuk ditempatkan pada organisasi yang sudah ada.

Dalam tulisan Paulus yang pertama kepada Timotius menyiratkan banyak nasehat-nasehat mengenai pelayan-pelayan dalam gereja khususnya dalam I Timotius 3:1-13. Yang dimaksudkan Paulus disini adalah mengenai penempatan para pelayan yang sesuai dengan karunia yang dimiliki dan juga memilih orang yang cocok dan benar bahkan sudah matang dalam pelayanan. Tujuannya Paulus disini adalah untuk menghindari kekacauan dalam gereja. Paulus juga sangat menerapkan mengenai peraturan pelayan dalam gereja dengan maksud pelayanan tersusun rapi dan mengoptimalkan karunia-karunia yang dimiliki oleh para pelayan-pelayan yang terdapat dalam gereja lokal sehingga akan tertampil bahwa gereja lokal yang sperti ini memiliki pengorganisasian yang baik.

  1. Panggilan untuk Jabatan dalam Gereja Lokal.
  1. Panggilan Internal.

Panggilan untuk suatu jabatan gereja terkadang dianggap sebagai suatu indikasi khusus dari Tuhan yang mengakibatkan seseorang terpanggil, atau suatu jenis wahyu khusus. Tetapi pendapat seperti ini tidak benar. Panggilan seperti ini lebih terkait pada suatu indikasi providensia yang diberikan Tuhan. Ada tiga hal yang menyangkut memang benar-benar indikasi providensia yang diberikan Tuhan 3 hal: (a) kesadaran bahwa seseorang terikat pada suatu tugas khusus dalam Kerajaan Tuhan, melaui kasih Tuhan dan penyebab-Nya; (b) keyakinan seseorang paling tidak secara intelektual dan spritual berkualifikasi untuk melaksanakan jabatan yang ditunjuk; dan (c) pengalaman bahwa Tuhan jelas mempersiapkan jalan untuk mencapai tujuannya.

  1. Pangilan Ekternal.

Panggilan ini datang pada seseorang melalui gereja sebagai sarananya.Panggilan ini bukan dikeluarkan oleh Paus (Roma Katolik) atau para uskup atau sekelompok uskup (Episkopal), tetapi oleh gereja lokal.Para Pejabat atau anggota jemaat biassa memiliki bagian didalamnya. Jemaat umum juga tampak dalam pemilihan para rasul (Kis. 1:15-22). Kemungkinan jaman para rasul para pejabat memimpin pemilihan orang-orang itudengan cara memperhatikan kualifikasi yang penting, yang perlu untuk jabatan itu, tetapi juga memperbolehkan orang-orang itu untuk mengambil bagian dalam pemilihan (Kis. 1:15-26, 6:1-6; 1 Timotius 3:2-13).

C. Manajemen Pejabat Gereja

Gereja sebagai tubuh Kristus adalah organisme yang hidup, sama halnya dengan tubuh manusia dengan kepala yang memberikan pengarahan, demikian pula Kristus sebagai Kepala gereja memberikan pengarahan pada gereja. Demikian pula ada organisasi yang mengelola gereja. Pemimpin di gereja lokal sangatlah dibutuhkan, baik dalam pengorganisasian gereja maupun kenutuhan para siodang kjemaat badalam bidang kerohanian. Jemaat harus tunduk pada mereka yang memerintah atas mereka. Beberapa jabatan dari pemimpin gereja disebutkan dalam Kitab Suci. Perlunya manajemen pejabat gereja membawa gereja pada pertumbuhan baik secara kwalitas dan kwantitas. Paulus lebih menegaskan lagi pemimpin-pemimpin gereja ssangat dibutuhkan agar gereja-gereja dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Titus 1:5). Dan juga kepemimpinan juga merupakan salah satu dari karunia-karunia rohani (Roma 12:8) yang berfungsi dalam gereja-gereja lokal.

1. Penilik Jemaat

Istilah ini berhubungan dengan jabatan penatua (“bishop” dalam KJV; Yunani “episkopos”). Istilah ini berarti “memperhatikan atas” seperti gembala. Kata ini juga menekankan pada pekerjaan atau fungsi dari penatua. Tugasnya adalah untuk memberi makan dan merawat kawanan domba Tuhan yang dipercayakan kepadanya ( Kis. 20:28; 1 Tim. 3:2). Dalam jemaah-jemaah Kristen, penilik ialah peranan kepemimpinan ('proistêmi', "menempatkan di muka"). 1 Tesalonika 5:12, "Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin ('proistêmi') kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu;". Penilik dapat pula bermakna "pengawasan" (Yunani 'episkopeô', dari kata inilah muncul istilah 'episkopos'). Kisah Para Rasul 20:28, "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi 'penilik' ('episkopos') untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri." Biasanya peranan penilik dihubungkan baik dengan diaken dan penatua maupun dengan "uskup/penilik" tanpa banyak perbedaan dan tanpa batas wewenang yang jelas (Kisah Para Rasul 20:17, 20:28; Titus 1:5, 7).

1.1 Persyaratan Penilik Jemaat

Banyak orang mengatakan bahwa pekerjaan penilik jemaat dianggap tidak menguntungkan. Tetapi Paulus menentang hal yang demikian dan menandaskan, bahwa orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat, tidak menginginkan sesuatu hal yang rendah melainkan mulia. Adapun syarat-syarat sebagai penilik jemaat adalah sebagai berikut:

a. Tidak bercacat. Hal ini berarti tidak ada sesuatu yang dapat dituduhkan untuk menyalahkan dia.

b. Ia harus menjadi suami dari satu istri. Maksudnya disini adalah bahwa penatua tidak boleh memiliki lebih dari satu istri (poligami), tetapi dia harus memiliki satu istri untuk mendampinginya dalam pelayanan. Dan dalam bukunya Paul Enns menegaskan lagi yaitu bahwa dia adalah tidak pernah bercerai dan menikah kembali. Jadi sangat jelas bahwa penilik jemaat tidak boleh bermain-main mengenai perempuan atau istri, dalam pengertian selingkuh. Sekali menikah cukup satu dan tidak boleh lebih.

c. Ia harus dapat menahan diri. Kalau kita melihat kata aslinya yaitu berarti bukan peminum anggur.

d. Ia harus bijaksana; artinya berpikiran sehat.

e. Ia harus sopan.

f. Ia harus suka memberi tumpangan.

g. Ia harus cakap dan bersedia mengajar (dalam rangka untuk mengajar orang lain dan menghindari kesalahan, Titus 1:9).

h. Ia bukan peminum.

i. Ia bukan pemarah.

j. Ia harus menjadi seorang pendamai.

k. Ia bukan orang yang suka bertengkar.

l. Ia bukan seorang hamba uang. Karena hal ini nantinya akan menyalah gunakan kedudukannya untuk mendapat keuntungan pribadinya. Ia tidak tamak.

m. Kepala keluarga yang baik. Maksudnya ia harus memperhatikan keluarganya sendiri sehingga mereka menjadi percaya dan hidup tertib.

n. Bukan orang yang baru bertobat. Supaya nantinya ia tidak berkepala besar atau sombong.

o. Ia harus mempunyai nama baik di luar jemaat (ay. 7), supaya ia dihormati di tengah masyarakat.

1.2 Pemilihan Penilik Jemaat

Bagaimana caranya penilik jemaat itu dipilih? Cara memilih penilik barangkali akan ditentukan oleh tipe/jenis pemerintahan gereja yang dianut oleh jemaat yang bersangkutan. Dalam pemerintahan gereja hirarkis mereka akan ditetapkan. Dalam pemerintahan federal mereka mungkin akan dipilih oleh para penatua yang telah ada. Dalam system pemerintahan jemaat, mereka akan dipilih oleh jemaat. Banyak gereja menggunakan kombinasi dari berbagai metode tersebut, misalnya para penatua mencalonkan dan jemaat memutuskan atau mengesahkan.

1.3 Pentahbisan Penilik Jemaat.

Penumpangan tangan merupakan lambang dari pentahbisan, dan ini merupakan semacam penahbisan, hal ini menunjukkan pengakuan umum, pengesahan akan panggilan dan kemampuan serta hubungan jemaat dengan pelayanan dari orang atau orang-orang yang ditahbiskan. Penumpangan tangan ini merupakan symbol penahbisan yang kelihatan. Tata cara ini bersumber dari Perjanjian Lama dimana maksud yang terkandung didalamnya adalah: (a) Pengkhususan suatu jabatan (Bil. 27:23), (b) Pemberkatan (Kej. 48:14), (c) Persembahan kepada Tuhan (Im. 1:4), (d) Pergantian dan partisipasi dalam tindakan (Ay. 4, kata kerjanya berarti bersandar).

Penahbisan dalam Perjanjian Baru bukan merupakan penetapan untuk suatu jabatan, namun merupakan pernyataan dukungan dan persetujuan. Perhatikan juga bahwa suatu hubungan yang terus menerus tetap ada antara yang menahbiskan dan yang ditahbiskan (1 Tim. 5:22). Itulah sebabnya penumpangan tangan tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa. Jika dipraktekkan masa kini, maka penumpangan tangan tidak harus terbatas untuk “para gembala”. Para penatua, juga diaken, dan bahkan misionaris bisa ditahbiskan menurut contoh Perjanjian Baru.

1.4 Pelayanan Penilik Jemaat.

Pelayanan atau tugas utama mereka adalah menggembalakan kawanan domba (Kis. 20;28), mengajar (1 Tim. 3:2), memerintah atau memimpin secara umum (1 Tim. 5:17), dan menjaga diri dari kesalahan (Tit. 1:9). Jemaat mengharapkan dari pemimpinnya teladan yang dapat mereka tiru. Penilik jemaat tidak hanya bertanggung jawab atas perkara-perkara rohani dalam gereja sementara diaken memperhatikan masalah keuanga, sebagaimana kadang-kadang dianggap orang. Perhatikanlah bahwa bantuan untuk mengatasi bencana kelaparan di zaman gereja mula-mula dikirimkan kepada para penatua/penilik di Yerusalem untuk dibagi-bagikan (Kis. 11:30). Jadi bagan dasar dari organisasi untuk sebuah gereja bukan seperti ini:






2. Diaken

Kata ini berasal dari kata “diakon” yang berarti “hamba, pelayan, pembantu, penolong, duta”. Kata diaken artinya melayani kebutuhan-kebutuhan dari pemimpin-pemimpin dan anggota-anggota dari gereja kota atau gereja rumah. Ada banyak cara di mana diaken-diaken dapat melayani kepentingan dai suatu gereja kota, sehinga pelayanan dan pengawasan diberikan secara penuh pada mereka demi kebutuhan-kebutuhan rohani dan kemakmuran dari gereja tersebut.

Pada umumya banyak orang mengerti bahwa para diaken mempunyai tanggungjawab mengurus aspek materi (keuangan) dari pekerjaan suatu gereja kota. Bukan itu saja diaken juga berfungsi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sosial dalam gereja untuk memberikan keleluasaan bagi para rasul untuk menyerahkan diri dalam doa dan pelayanan Firman.

Dalam pengertian umum ini termasuk :

a. Pemberita Injil (Efesus 6:21; Kolose 1:7; 1 Timotius 4:6).

b. Setiap pelayan yang setia pada Kristus (Yahya 12:26).

Sedangkan dalam pengertian Khusus, Terbentuk dari gabungan kata badan kerja dan pekerjaan para penilik gereja dan penatua, Ini membuktikan bahwa kata “diaken” juga digunakan dalam pengertian jabatan.

a. Filipi 1:1. Disini para penilik gereja dan para diaken dibedakan dari para orang kudus umumnya.

b. 1 Timotius 3:8-13. Kumpulan kelompok khusus yang memenuhi syarat dengan para penatua yang dalam ayat ini menyatakan pejabat yang diberi kuasa secara tetap atau badan yang didirikan.

2.1 Persyaratan Diaken

Persyaratan- Persyaratan Mereka menurut 1 Timotius 3:8-13

a. Terhormat, maksudnya adalah mereka adalah orang serius, patut mendapat penghormatan dari orang lain.

b. Jangan bercabang lidah, maksudnya adalah tidak menyebarkan berita yang berlawanan ditengah jemaat.

c. Jangan penggemar anggur, maksudnya mereka harus menunjukkan sikap yang pantas pada makanan dan minuman.

d. Jangan tamak akan uang, mereka tidak serakah pada uang dan tidak mengunakan posisi mereka untuk keuntungan financial.

e. Memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci, dalam pengertian melakukan apa yang mereka beritakan.

f. Harus diuji, dalam pengertian mereka telah diamati oleh jemaat dan ditemukan teruji.

g. Suami dari satu isteri, memiliki satu istri dan tidak boleh bercerai untuk menikah kembali.

h. Mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik, mengurus rumah tangga yang baik, dan mereka termasuk berkwalifikasi untuk mengurus urusan gerejawi karena mereka dapat mengelola urussan rumah tangga mereka.

2.2 Pemilihan Diaken

Pemilihan para pembantu penilik atau penatua akan ditentukan oleh tipe/jenis pemerintahan gereja yang dianut oleh jemaat yang bersangkutan. Jadi hal ini tidak akan menjadi persoalan bagi pengajaran gereja, karena pemilihan diaken-diaken tergantung dari organisasi yang dimiliki oleh gereja tersebut.

2.3 Pentahbisan Diaken

Pentahbisan akan tetap diikuti dengan penumpangan tangan, karena Penumpangan tangan merupakan lambang dari pentahbisan, dan ini merupakan semacam penahbisan, hal ini menunjukkan pengakuan umum, pengesahan akan panggilan dan kemampuan serta hubungan jemaat dengan pelayanan dari orang atau orang-orang yang ditahbiskan.

2.4 Pelayanan Diaken

Arti kata “penolong,” “pelayan” berbeda dengan kata penilik gereja yang berarti “pengawas,” diaken adalah seorang penolong atau pelayan Gereja, bekerja sebagaimana halnya setiap anggota lain yang ada di dalam jemaat, dibawah pengawasan dan membantu para penatua Gereja.

Dalam bahasa Yunani “diaken” menjelaskan tentang seorang pelayan, seorang utusan, seorang pengurus, dan seorang pembantu. Penggunaan ini mungkin menguatkan konsep bahwa diaken resmi dalam gereja melakukan jenis pelayanan apa saja yang diserahkan para penatua kepada mereka.

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Pembahasan ini telah menyinggung mengenai pelayanan dalam gereja, yang paling sangat penting untuk bisa melayani ditengah-tengah jemaat ataupun masyarakat yaitu manjaga hidup dalam kekudusan, supaya hidup kita tidak bercela sehingga orang lain melihat bahwa kita layak untuk melayani pekerjaan Tuhan.

Apakah gunanya kita melayani didalam gereja, jikalau hidup kita tidak menampilkan karakter Kristus? Hal itu akan menjadi batu sandungan yang sangat berat bagi jemaat. Akan tetapi belajarlah untuk hidup dalam teladan Kristus supaya pelayanan boleh berkenan dihadapan Tuhan dan jemaat pun akan diberkati.

Oleh karena itu penilik atau penatua dan diaken hendaklah menguasai kehidupan secara pribadi, menjaga pengetahuan dan pikiran tentang doktrin, menjaga kerohanian, dan membimbing keluarga menjadi keluarga yang damai. Sehingga dapat menjadi teladan dan patut diteladani sebab oleh karena itulah Paulus menegaskan untuk menggembalakan kawanan domba-domba Tuhan supaya jangan sesat melainkan domba-domba Tuhan dapat dituntun kejalan yang benar dan beroleh hidup yang diberkati.


[1] Sularso Sopeter, Petrus Octavia, Pontas Pardede,dkk, Pertumbuhan Gereja ,(Yogyakarta: Yayasan Andi, 1994).hlm 19

[2] Google (Manajemen Sumber Daya Manusia) Definisi, Pengertian, Tugas & Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia / SDM - Ilmu Ekonomi Manajemen - Manajer MSDM

[3] Louis Berkhof, Teologi Sistematika (Doktrin Gereja), (Surabaya: Momentum, 2005), hlm. 69.

[4] Ibid, hlm. 69

[5] Paul Enns, The Moody Hand Book Of Theology, (Malang: Literatur SAAT, 2006), hlm. 444

[6] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991), hlm. 210

[7] Dr.R.Budiman, Surat-surat Pastoral I & II Timotius dan Titus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), hlm. 26

[8] Op. Cit. hlm. 442

[9] Op. Cit, hlm. 218

[10] Op. Cit, hlm. 27

[11] Google (Kepemimpinan Gereja), Kepemimpinan Dalam Gereja Rumah.

[12] Op. Cit, hlm. 219

Tidak ada komentar:

Posting Komentar